Sekularisme & Liberalisme, Benalu dalam Keluarga

Sekularisme & Liberalisme, Benalu dalam Keluarga

Mediabogor.id, BOGOR – Siapa sangka, ketidakharmonisan dalam keluarga juga berakar dari eksisnya demokrasi yang melanggengkan paham sekuler dan liberal penghasil generasi durhaka dan krisis etika. Baru-baru ini viral dua kasus dengan motif sama, yakni seorang anak yang berniat memenjarakan ibu kandungnya hanya karena hal yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Salah satunya dilansir dari tribunnews, dikabarkan seorang ibu masuk bui karena laporan yang dibuat anak kandungnya sendiri. Setelah ditelisik penyebabnya, lagi-lagi ketidakharmonisan sebuah keluarga berawal dari faktor finansial yang berujung pada perceraian.

Ketika seorang ibu tidak berada diposisi seharusnya. Ibu bekerja ikut membantu suami mencari nafkah. Dan anak-anak dibiarkan ala kadarnya. Jadi hal lumrah, bahwa ibu memberi waktu sisa dalam mendidik anak-anak karena waktunya tersita untuk mencari nafkah. Disinilah bukti sekulerisme telah terjadi dalam keluarga, interaksi didalamnya sarat dengan nilai materi.

Hubungan antara ibu dan anak diukur dengan untung rugi. Tak jarang ditemukan banyak ibu yang lebih memilih bekerja diluar rumah dibanding mendidik anak-anaknya. Sebab, kenyataan saat ini, umat menjadikan ukuran kebahagiaan adalah dengan terpenuhinya materi sebanyak-banyaknya. Dan sistem sekuler kapitalisme memelihara kondisi lingkungan materialistis dan konsumtif ini, hingga tingkat stres tinggi dialami para suami dan istri mengakibatkan sulitnya tercipta keharmonisan di dalam keluarga, akhirnya keutuhan rumah tangga pun terancam. Keluarga dalam sistem sekular kapitalis jauh dari nilai-nilai agama, hubungan yang terjalin terjebak pada pemenuhan kebutuhan hawa nafsu dan materi semata.

Tak ada kesadaran para ibu bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban dalam mendidik anak-anaknya. Pun, yang terjadi tak sedikit suami mengandalkan istri dalam hal nafkah. Alhasil anak-anak tumbuh liar tanpa dampingan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Terlebih, liberalisme telah mendominasi pergaulan anak-anak saat ini. Mereka kehilangan sosok figur yang patut diteladani. Yang ada justru gaungan kebebasan berekspresi sebebas-bebasnya telah meracuni karakter generasi muda saat ini dan difasilitasi sedemikian rupa oleh pemerintah.

Telah terjadi ketimpangan demi ketimpangan dalam keluarga yang berdampak jelas pada kualitas generasi muda saat ini. Dalam sistem islam, pemerintah menssuport penuh umatnya dalam menciptakan keluarga yang sakinah. Bagaimana pemerintah kemudian berdakwah mengingatkan kembali kepada umat perihal kewajiban suami-istri dalam keluarga sesuai hukum Allah. Meriayah para pemuda pemudi sesuai pendidikan islam, memberikan fasilitas pendukung demi berkembangnya skill generasi muda. Hingga pada upaya pemerintah mengelola SDA secara mandiri demi mengutamakan & memenuhi kebutuhan umatnya. Yang tentu, sangat berdampak dalam mengembalikan posisi ibu sesuai fitrahnya.

Kesempurnaan sistem islam telah terbukti mengubah peradaban ke arah yang lebih maju. Banyaknya ilmuwan-ilmuwan islam dan para tokoh yang berpengaruh pada tatanan dunia dimasa kekhilafahan islam, dilahirkan oleh keluarga yang memang terbentuk akibat sistem kepemerintahnya mensupport segala aspek sesuai norma-norma islam. Kegemilangan sejarah Islam harusnya menjadi pelajaran bagi dunia politik saat ini. Bahwa memang islam adalah ideologi yang tidak bisa terpisahkan dari dunia politik. Ketika pemerintah menghadirkan Allah dalam kepemimpinannya, maka jelas bahwa segala amal tidak bisa lepas dari hukum Allah. Inilah akar yang menjadi solusi akhir, hanya sistem islam yang mampu dan sudah terbukti menciptakan keluarga sakinah pencetak generasi gemilang penuh santun dan patuh pada hukum Allah.

Penulis : Pietra Kharisma.

Berita Terkait

Berikan Komentar