Sekat Nasionalis yang Menyedihkan

mediabogor.com, Bogor – Gaza is under attack, itulah yang terjadi pekan ini. Saudara kita di Gaza kembali di bombardir Israel tanpa henti. Gambarnya pun tampak nyata di media sosial. Namun pedih nya kita hanya mampu menangis, mengutuk dan berdoa tanpa memberikan upaya berarti. Kita seperti membiarkan mereka yang jelas-jelas sangat menderita.

Secara naluri tidak mungkin kita rela menyaksikan saudara kita dibombardir tanpa henti. Namun ternyata sekat nasionalis ini membuat kita semua kaum muslim hanya mampu terdiam. Kalau ada bantuan sifatnya hanya menghibur duka sesaat. Kita mungkin bisa mengumpulkan donasi kemudian dikirim dalam bentuk logistik dan obat-obatan. Atau bahkan kita bisa mengumpulkan dana yang besar hingga bisa membangun rumah sakit dan sekolah.

Namun benarkah itu yang mereka butuhkan? Cobalah kita merenung sejenak. Andaikan kita mendapati rumah tetangga kita di datangi perampok berkali-kali, bahkan perampok itu juga menyerang secara fisik. Sebagai tetangga apa yang kita lakukan, tentu saja jika terluka kita akan mengobatinya terlebih dahulu. Namun pasti kita juga akan membantu menjaga keamanan rumah nya. Kita akan membuat jadwal ronda. Kita siapkan senjata untuk menyerang perampok tersebut jika datang kembali.

Kembali ke masalah Palestina. Mereka di serang, kemudian kita obati. Kita bangunkan Rumah Sakit. Kemudian mereka sembuh dan di serang kembali. Rumah Sakitnya bahkan di bom dan hancur. Kemudian kita bangun kembali Rumah Sakit tersebut.

Secara logika kapan penyerangan itu akan berakhir. Bukankan seharusnya Israel itu kita serang balik dan kita hancurkan? Kita sadar betul bahwa warga Palestina tidak mampu sendiri untuk melawan Israel. Mereka butuh kita dalam bentuk pasukan perang. Kita umat muslim harusnya marah dan menyerang balik Israel.

Namun kini kita memagari diri kita dengan nama negara. Itu urusan politik negara lain. Kita tidam bisa ikut campur. Akhirnya kita hanya jadi penonton atas penyiksaan terhadap saudara kita. Semoga umat islam di seluruh penjuru dunia bisa kembali bersatu dalam satu kepemimpinan negara.

 

Oleh : Ade Sugiarti (Pemerhati Timur Tengah)

Berita Terkait

Berikan Komentar