Rasisme Menjajah Wanita

Mediabogor.co, BOGOR – Kulit putih yang merupakan dambaan setiap wanita ternyata menyimpan sejarah panjang penjajahan. Contohnya saja kisah Ramayana asal India; putih yang diibaratkan sebagai terang bulan purnama, menyiratkan penjajahan yang di lakukan bangsa Arya di India. Sedangkan di Indonesia, putih telah merambah ke dalam bisnis yang sangat menguntungkan bagi pengusaha kapitalis. Sosial media saat ini, khususnya di Indonesia, begitu banyak menyediakan konten mengandung iklan dengan headline wanita cantik yang tak disadari telah menyiratkan pesan rasis.

Seseorang yang rasis biasanya dipengaruhi oleh pola pembentukan karakter sejak dini, bergantung pada norma sosial dalam bermasyarakat, budaya, ekonomi dan sistem politik negara yang cenderung rasis. Dan negara memiliki peran penting untuk melanggengkan atau sebaliknya menghapus rasisme. Melihat sistem yang berjalan saat ini, rasanya mustahil mendambakan kematian rasisme. Sebab, kapitalis telah sukses mengembangbiakan rasis lewat dunia kecantikan yang banyak membidik wanita di dunia. Bagaimana wanita telah banyak dibombardir oleh iklan produk kecantikan yang menampilkan sosok wanita berkulit putih licin, hidung bangir, mata besar bulat, bibir merah, alis tebal, bulu mata lentik dan rahang yang tirus. Jutaan review serta testimoni produk dan jasa kecantikan dari kalangan beauty influencer ramai menghipnotis para wanita, mengajak mereka untuk mendapati cantik yang didambakan lewat penggunaan ragam perawatan yang mengandung zat kimia berbahaya, hingga tindakan merubah total tampilan wajah serta tubuh lewat meja operasi.

Sungguh ironi, bukan bersyukur dengan merawat kecantikan secara alami, justru wanita banyak mengubah fisiknya dengan menghalalkan segala cara. Dari mulai produk topikal berbahaya, jasa sulam alis atau bibir, filler, extension, tanam benang, suntik putih hingga operasi plastik yang seluruhnya butuh dana yang tidak sedikit, ini pula yang menjadi salah satu penyebab feminisme mulai massiv kembali mengkampanyekan idenya dengan jargon “wanita wajib berdikari demi kemajuan bangsa”, yang pada hakikatnya bertujuan untuk memuaskan nafsu para pengusaha kapitalis.

Tak ayal, wanita berbondong-bondong melepas kewajiban utama dan militan mencari penghasilan demi mendapati wajah cantik seperti wanita korea yang kini tengah menjadi kiblat dunia kecantikan. Padahal sudah jadi rahasia umum, korea selatan merupakan warga negara terbanyak yang melakukan operasi plastik sejak dini. Mereka percaya diri tampil dengan kepalsuan, tapi krisis percaya diri ketika tampil apa adanya. Definisi cantik yang tak miliki standar pasti, yang pasti adalah kapitalisme sukses melahirkan insecure karena telah mengopinikan cantik yang rasis. Bukti bahwa masyarakat wanita di negara muslim terbesar di dunia ini telah memisahkan agama dalam mengambil keputusan untuk hidupnya. Padahal cantik menurut islam cukup sederhana, taat pada Illahi tanpa tapi, tanpa nanti, dan tanpa nominal tinggi.

Upaya mengatasi masalah ini membutuhkan perubahan yang mendasar, kewajiban bagi negara mengedukasi untuk membangun kepercayaan diri para wanita dengan cara menerapkan syariat islam secara kaffah. Wanita perlu mengetahui peran dan kewajiban utama sebagai hamba Allah. Dalam rangka memajukan bangsa dan negara, wanita memiliki posisi yang teramat penting, karena ia berperan sebagai perantara lahirnya manusia, sebagai pencetak generasi penerus maupun sebagai pembina akhlak yang tinggi. Ketika peran dan kewajiban wanita sudah sesuai norma-norma islam, dan negara menyadari pula kewajiban utamanya sebagai penyelenggara hukum Allah ditinggikan, maka sebuah keniscayaan suatu negara meraih kegemilangannya. Dan rasisme dipastikan lenyap hingga kepercayaan diri wanita lahir bukan dari besarnya biaya perawatan tapi lahir dari ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala.

Berita Terkait

Berikan Komentar