foto:doc.

Novel Sudah Berikan Nama “Si Jenderal”, Tapi Kepolisian Dianggap Masih Cuek

mediabogor.com, Jakarta – Nama jenderal polisi yang diduga terlibat dalam penyerangan Novel Baswedan, ternyata sudah disampaikan ke Kepolisian, oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu. Tapi Novel, yang kini dirawat di Singapore General Hospital, merasa polisi tak tertarik mengusut keterlibatan jenderal tersebut.

Novel diserang ketika berjalan kaki pulang setelah salat subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya, 11 April 2017. “Kerusakan mata mencapai 95 persen. Ini bukan soal sudah bisa melihat sejauh mana, tapi masih bisa melihat lagi atau tidak,” katanya.

Salah satu media setempat mewawancarai Novel melalui telepon internet, pada Kamis dini hari, 22 Juni 2017. “Saya susah membaca, saya telepon saja,” kata Novel. Berikut wawancaranya.

Selamat ulang tahun, bagaimana kondisi anda saat ini?

Terima kasih, saya mencoba berpikir positif saja, ini tidak ada ruginya. Sekarang saya hanya bisa beristirahat, mungkin ini yang saya butuhkan. Peristiwa ini tidak bisa menghalangi kita yang berjuang. Kita enggak akan jera.

Ramai sekali pemberitaan tentang keterlibatan oknum jenderal. Bisa diceritakan?

Jadi begini, saya mendengar info ini sudah lama dan saya tidak mempercayainya. Tapi waktu berlalu dan saya melihat fakta-fakta yang semakin membuat saya berpikir, jangan-jangan info itu benar?

Saya tidak punya bukti, saya justru ingin melihat bukti itu dari temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang membentuk Tim Pencari Fakta.

Bagaimana Anggota Densus 88 bisa membantu anda?

Itu terjadi sepekan setelah saya bertemu Kapolri. Kan, Kapolri berjanji akan menemukan pelakunya. Beberapa hari kemudian, mereka (Densus) ke rumah.

Awalnya, keluarga saya di rumah tidak mempercayai mereka, tapi mereka memberikan nomor telepon atasannya, yang orangnya saya tahu, mungkin sekarang ia berpangkat Komisaris Besar karena banyak angkatannya sudah Kombes.

Saya bertanya bagaimana metodologi pencarian pelaku, dan ia menjelaskan hal-hal teknis yang lazim digunakan untuk memburu terduga teroris. Saya menilai metodologi itu sudah benar. Kemudian, dia mengirim foto pelaku.

 

 

 

(Sumber:kumparan.com)

Berita Terkait

Berikan Komentar