Mewujudkan Pelajar Tanpa Tauran

Mewujudkan Pelajar Tanpa Tauran

Oleh: Deni Heryani

Tauran pelajaran belum lama ini berkecamuk di kota Bogor. Seorang Pelajar SMK di Kota Bogor DA (17) tewas dalam peristiwa tawuran pelajar di Jalan RE Martadinata, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/1) dini hari.

Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi di kolong jembatan tol Jagorawi tepatnya Jalan Tumenggung Wiradireja, Kelurahan Cimahpar, Bogor Utara, Kota Bogor, Selasa (21/1/2020) malam. Akibatnya tiga pelajar SMK terluka, yaitu berinisial ENH, (18), luka bagian tangan sebelah kiri, MRH, (16), luka di pinggang sebelah kanan, dan WA, (17), luka di pinggang belikat dan tangan sebelah kanan putus.

Tentu semua berharap tauran pelajar itu adalah yang terakhir kalinya. Namun, tentu harus dibarengi langkah-langkah preventif agar hal itu tidak terjadi lagi. Perhatian serius dari Wali Kota Bogor, Bima Arya diantaranya dengan mengumpulkan Kepala Sekolah SMA/SMK se-Kota Bogor di Balai Kota Bogor. Dalam pertemuan tersebut para kepala sekolah sepakat mendukung kepolisian untuk melakukan langkah-langkah tegas terhadap pelaku tawuran dengan cara memproses hukum.

Arahan dari wali Kota juga untuk kembali menggiatkan patroli di wilayah atau tempat-tempat yang sering dijadikan tempat tawuran atau nongkrong pada jam pulang sekolah dan malam Minggu. patroli tersebut akan bekerjasama dengan jajaran Babinsa dari unsur TNI dan Babinkamtibmas dari unsur kepolisian.

Tauran sangat merugikan semua pihak. Jika generasi mudah senengnya tauran maka dipastikan 10 tahun ke depan, generasi itu akan menjadi manusia dewasa yang bar-bar. Kepedulian dengan tindakan real harus segera dilakukan khusunya oleh pihak pemerintah.

Langkah yang diambil, Bima Arya akan sangat baik jika dibarengi dengan membenahi Sistem pendidikan sekarang ini. Sistem pendidikan sekuler saat ini adalah salah satu pemicu munculnya aksi tauran. Pendidikan agama dengan porsi yang sedikit membuat pelajar kurang memahami ilmu agama yang harus dipahami dan diamalkan. Kebanyakn sekolah hanya memprioritaskan nilai akademik untuk mengukur prestasi pelajarnya.

Bagi pelajar muslim sebagai mayoritas pelajar indonesia. Bagaimana seharusnya sekolah bisa memberikan perhatiannya agar pelajar tersebut sudah bisa menjalankan perintah agamanya sebagai seorang siawa baligh yang mukhalaf. Bagaimana kurikulum sekolah memberi perhatian agar pelajarnya mampu berakhlakul karimah, menjalankan shlalat lima waktu, menutup aurat, sailing mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah dalam keburukan, dan kepribadian Islam lainnya.

Insyaallah dengan memberikan perhatian yang besar agar semua pelajar mendapat pendidikan yang sempurna agamanya, maka tauran pelajar dengan sendirinya akan hilang. Justru energi pelajar yang besar akan disalurkan pada kegiatan-kegiatan positif. Seperti menghafal Quran, berkuda, berenang, memanah, dakwah dan sebagianya. Kegiatan mereka dilakukan sesuai syariah Islam sebagai jalan kemuliaan dan keselamatan.

Berita Terkait

Berikan Komentar