Mengemban Ideologi Islam, Indonesia Akan Jadi Negara Super Power

Dunia tengah memusatkan pandangannya ke arah bumi pertiwi. AS berlaku sebagai marketer yang menggemakan bahwa Indonesia merupakan negara maju di dunia, yang sebelumnya masuk ke daftar negara berkembang oleh US Trade Representative (USTR). (Dikutip dari  The Star, Minggu (23/3/2020))

Tak jelas, seperti apa kriteria standar negara maju bagi kapitalis. Yang ada hanyalah, siapa yang terendus mampu memberikan peluang keuntungan sebesar-besarnya bagi keberlangsungan kapitalis, maka dialah yang masuk kategori. Sebab faktanya, Bank Dunia menyatakan bahwa sebanyak 45% atau 115 juta rakyat Indonesia rawan jatuh miskin. Ini belum termasuk 9,22% atau setara dengan 24,79 juta rakyat yang sudah tercatat miskin.

Belum lagi, kegagalan Indonesia dalam menangani kasus korupsi yang tak berkesudahan. Seolah KPK hanya brfungsi sebagai pemberantas bayi-bayi tikusnya saja, tidak termasuk para ibu tikus yang lebih rakus mengantongi lebih banyak nominal. Karena sejak dulu, kasus mega korupsi justru tak tersentuh sama sekali hingga kini. Jadi, bagaimana mungkin Indonesia diklaim dunia sebagai negara maju?

Publik harus tahu, di balik masing-masing kategori negara berkembang & negara maju versi kapitalis, ada muatan penjajahan politik dan ekonomi yang menjadi project besar para penjajah kapitalis. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Peneliti Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara bahwa; konsekuensi Indonesia ketika menjadi negara maju salah satunya yaitu, bakal dihapuskannya Indonesia sebagai negara penerima fasilitas GSP (Generalized System of Preferences).

Dengan fasilitas GSP, Indonesia sebelumnya bisa menikmati fasilitas bea masuk yang rendah untuk ekspor tujuan AS. Tapi, karena masuknya Indonesia menjadi daftar negara maju, tentu akan berdampak pada kenaikan tarif biaya produk Indonesia yang tercatat ada 3.572 produk yang memperoleh fasilitas GSP.

“Pastinya rugi, karena fasilitas perdagangan yang selama ini dinikmati Indonesia akan dicabut,” ujar Bhima kepada kumparan, Minggu (23/2).

“Kalau Indonesia tidak masuk GSP lagi kita akan kehilangan daya saing pada ribuan jenis produk. Ekspor ke pasar AS terancam menurun khususnya sektor tekstil dan pakaian jadi. Ini ujungnya memperlebar defisit neraca dagang,” sambungnya.  (kumparan.com)

Menyoal pengangkatan Indonesia menjadi negara maju; South China Morning Post (SCMP), Minggu (23/2) menyebut keputusan tersebut memang bertujuan agar negara-negara tersebut tidak memperoleh perlakuan khusus dalam perdagangan internasional.

Presiden AS Donald Trump dinilai frustrasi karena World Trade Organization (WTO) memberikan perlakukan khusus terhadap negara-negara berkembang dalam perdagangan internasional.

Saling sikut dan saling menjatuhkan merupakan rules permainan politik kapitalis. Bayangkan bila Indonesia berani melepaskan diri dari praktek kapitalis menjadi negara yang mengamalkan syariat Allah, tentu predikat negara maju bukan lagi kebohongan. Terlebih keberlimpahan Sumber Daya Alam Indonesia yang menjadi sumber penghasilan negara asing memperkuat kekuatan Indonesia bila mau mengembargo negara sendiri.

Tapi juga, dalam islam pelabelan sebuah negara maju tak cukup dengan kemajuan kemandirian ekonomi belaka. Perlu diimbangi dengan kualitas manusianya. Adapun manusia-manusia berkualitas dan tata kehidupan yang beradab hanya akan terlahir dari sebuah negara yang menjadikan Islam sebagai ideologinya.

Negara yang menjadikan Islam sebagai ideologinya terbukti mampu menjadi mercusuar peradaban selama lebih dari 1400 tahun menguasai 2/3 dunia. Dia lah Daulah Khilafah Islamiyah. Sistem kepemerintahan penerap syariat yang unggul di segala bidang kehidupan.

Bukan saja menjadi negara maju, sebuah keniscayaan Indonesia menjadi negara super power, jika pemerintah mau menerapkan Islam secara utuh. Kekayaan alamnya yang dikelola mandiri, hutannya yang menjadi paru-paru dunia, ideologisnya para muslim se-Indonesia bisa menjadi modal emas bagi Indonesia meraih label negara digdaya yang disegani negara-negara asing.

Tidak hanya berhasil membangun infrastruktur dan memajukan perekonomian. Namun mampu mencetak manusia-manusia beradab taat syariat, serta melahirkan para generasi unggul tonggak kemajuan peradaban.

Pietra Kharisma

 

 

Berita Terkait

Berikan Komentar