Kisah Mak Yuyem Pemilik Lapak Sate Tongseng Yang Tersisihkan

mediabogor.com, Bogor – Dibangunnya Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, membuat usaha nenek Yuyem (60) tersingkir dan kehilangan tempat usahanya. Namun atas kebaikan sejumlah masyarakat setempat RT/RW dan beberapa anggota TNI yang menjadi langganan sate Tongseng nenek Asal Solo, Jawa Tengah ini, mereka bergotong royong dengan berswadaya untuk membangunkan kembali tempat usaha Nenek Yunyem di belakang kios milik UMKM Kota Bogor, di Jln Penjagalan, Kebun Anggrek RT/RW 01/06, Tanah Sareal, Kota Bogor.

Sudah 35 tahun lamanya, persis dari pasar penjagalan dulu, dirinya ikut berjualan dengan saudaranya Bude Ayu. Setelah usaha Bude Ayu ditinggalkan karena meninggal dunia, Nenek Yunyem berusaha berjuang seorang diri untuk menjalankan usaha saudaranya tersebut.

“Saya disini sudah lama mas, dari jaman nya Bude Ayu saya masih ada waktu itu kira-kira kita jualan di tahun 80 an,” ucapnya saat ditemui di lokasi jualannya, Kamis (29/11/18).

Memang waktu itu, dirinya sempat pulang ke Solo. Tak lama ia pulang dan berjualan lagi persis lokasinya di depan gedung DPRD yang baru ini, sambungnya.

“Di Solo saya ga betah mas apalagi kan saya sekarang hidup sendirian semenjak saya ditinggalkan suami dan anak saya meninggal dunia,” katanya.

Lebih lanjut Nenek Yunyem menjelaskan di Kota Bogor ini, dirinya mengaku tidak punya siapa-siapa hidup sebatang kara. Tinggal mengontrak rumah di kampung ini. Namun karena jualannya sepi, dirinya tidak mampu bayar sewa kontrakan rumah, jadi sekarang dirinya tinggal di kios berukuran 2X2 meter sambil berjualan.

“Di bangunnya kios saya ini atas kebaikan beberapa warga di bantu RT/RW dan bahkan ada beberapa pelanggan saya yang bawain triplek dan genting untuk membangun kios ini,” ucapnya.

Ia menceritakan, dulu pelanggannya dari berbagai kalangan dari anggota TNI, Kepolisian dan beberapa pejabat bahkan waktu itu ada salah satu pengawal istana menjadi langganannya. Namun, sudah empat hari ini jualannya belum laku semenjak dipindahkan.

“Tapi Alhamdulillah saya berterima kasih kepada orang-orang yang sudah mau membantu saya disini tidak sewa hanya iuran listrik dan sampah aja sebulan Rp10 ribu,” ungkapnya.

Dirinya berharap kepada pemerintah Kota Bogor untuk bisa memberikan fasilitas untuk berjualan di depan seperti para penjual baru di kios UMKM.

“Saya hanya cari makan sehari-hari bukan cari harta lebih karena di masa hidup saya yang sudah tua ini tidak memiliki siapa-siapa di Kota Bogor ini, janganlah orang-orang seperti saya ini di bebankan dengan harga sewa kios yang mahal, karena para penjual di depan itu mereka bilang nya sudah milik pribadi sehingga satu orang pemilik bisa memiliki 5 kios sekaligus,” tandasnya. (Nick)

Berita Terkait

Berikan Komentar