Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017 Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Menuju Bogor Kota Sehat

Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017 Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Menuju Bogor Kota Sehat

Mediabogor.com, Bogor, Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator yaitu indikator angka harapan hidup, angka kematian dan status gizi masyarakat.

Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pendapatan. Keberhasilan pembangunan manusia dapat diukur melalui tiga hal yaitu umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki kehidupan yang layak.

Umur panjang dan sehat direpresentasikan dengan indikator angka harapan hidup ; pendidikan direpresentasikan dengan indikator angka melek huruf; serta kehidupan yang layak direpresentasikan dengan indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga indikator pembangunan manusia terangkum dalam suatu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index).

Dinas Kesehatan merupakan salah satu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang mengupayakan indikator umur panjang dan sehat masyarakat Kota Bogor melalui berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui Visi “Masyarakat Kota Bogor Sehat, Nyaman, Mandiri dan Berkeadilan”. Tercapainya Visi tersebut bukan semata-mata hasil kerja Dinas Kesehatan akan tetapi merupakan hasil kerja seluruh sektor yang didukung oleh peran serta seluruh masyarakat. Adapun masyarakat Kota Bogor sesuai Visi tersebut di atas yang ingin dicapai adalah masyarakat yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lingkungan sehat yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, serta perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan. Perilaku sehat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Kemampuan masyarakat yang diharapkan adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan yang bermutu yang dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.

berita informatif terkini

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat maka derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal.

Selanjutnya untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan 4 Misi Pembangunan Kesehatan Kota Bogor sebagai berikut :

  1. Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna merata, bermutu, terjangkau dan nyaman.
  2. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan serta jaminan kesehatan
  3. Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional dan amanah.
  4. Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil, transparan dan akuntabel

Untuk mewujudkan tercapainya Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor tersebut di atas, telah disusun target kinerja, program dan indikator kinerja program yang dituangkan kedalam 17 program salah satunya adalah yaitu Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.

Program ini dilaksanakan melalui Kegiatan pelayanan imunisasi, surveilans, pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru, ISPA dan diare, hepatitis, kecacingan, kusta, HIV dan DBD. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit menular dengan melakukan pencegahan sedini mungkin dan mengendalikan berbagai faktor resiko kejadian penyakit-penyakit tersebut di atas sehingga masyarakat Kota Bogor yang sehat dapat terwujud.

Berikut ini adalah beberapa kegiatan dan hasil kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2017 dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Kota Bogor yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan Imunisasi

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah penyakit PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi) yang dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu:

  1. Pemberian imunisasi Hepatitis B, BCG, DPT-Hb-Hib, Polio, dan Campak, sasarannya adalah 19.638 bayi, dilaksanakan pada bulan Januari — Desember 2017 bertempat di Puskesmas dan layanan kesehatan swasta di Kota Bogor.
    Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017 Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Menuju Bogor Kota Sehat
    Tabel pemberian Imunisasi Dinas Kesehatan Tahun 2017

     

  2. Kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), Kegiatan imunisasi pada anak Sekolah Dasar dilaksanakan pada sasaran siswa Sekolah Dasar kelas 1-2 di Kota Bogor dilaksanakan di SD seluruh Kota Bogor, dengan cakupan Imunisasi DT Kelas 1 17.409 (92,7%) dan Imunisasi DT kelas 2 17.016 (93%).
  3. Kampanye Imunisasi Campak & Rubella (MR) Dengan sasaran 271.040 bayi,balita, siswa Sekolah Dasar(SD/MI) & sekolah menengah pertama (SMP/MTS) di 68 Kelurahan se Kota Bogor yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2017 dengan cakupan  259.010 (95,6%).

Pada tahun 2017 Kota Bogor mendapat penghargaan berupa Sertifikat Cakupan Kampanye Measles & Rubella (MR), ditandatangani  Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, dan diserahkan pada pada tanggal 08 Desember 2017.Pencapaian cakupan imunisasi 3 tahun berturut-turut  (2015-2017) selalu mencapai target.

Jika dilihat pada masing-masing antigen yaitu HB, BCG, DPT-3, Polio-4 dan campak pada bayi juga lebih tinggi dari target yang  sudah ditetapkan (target UCI per antigen =80%), namun target kelurahan UCI tingkat kota tidak mencapai target yang diharapkan ( cakupan 97,05% dari target 100%). Ada 2 kelurahan yang belum mencapai UCI yaitu Kelurahan Pakuan  & Kelurahan Pasir Mulya. Sedangkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi juga sudah mencapai target yaitu 90,4% ( dari target 84%).

Pada tahun 2017 Kota Bogor mendapat penghargaan berupa Sertifikat Cakupan Kampanye Measles & Rubella (MR), ditandatangani  Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, dan diserahkan pada pada tanggal 08 Desember 2017.

2. Pemberantasan Penyakit TB Paru

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru, dilakukan melalui beberapa kegiatan dengan capaian diantaranya sebagai berikut :

  1. Pencegahan infeksi dan pengobatan TB MDR di Puskesmas, bertujuan untuk melakukan evaluasi kegiatan pemberantasan TB Paru dan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Dokter Praktek Mandiri (DPM) dalam program tuberkulosis dengan strategi DOTS dengan sasaran 100 orang Dokter Paktek Mandiri (DPM).
  2. Kasus TB Paru baru BTA positif yang ditemukan sebanyak 1143 dari target 1092 kasus. Sehingga penemuan kasus baru TB paru BTA positif  pada tahun 2017 sudah mencapai target yaitu 104,6 % (target 91,76% ). Untuk angka kesembuhan, angka keberhasilan pengobatan TBC dan Angka notifikasi kasus TBC per 100.000 penduduk,  belum mencapai target yaitu kesembuhan 85,6% (target 86%), keberhasilan pengobatan TBC 86,3% (target 88%), dan angka notifikasi kasus TBC per 100.000 penduduk mencapai 219 (target 180).
  3. Hambatan yang ditemui dalam pengendalian penyakit TB Paru yaitu belum semua rumah sakit dan dokter praktek swasta melaksanakan pengobatan TB paru dengan pendekatan sistem DOTS ,masih ada penderita ada yang drop out karena tidak patuh minum obat ataupun pindah, kemungkinan adanya resistensi obat pada penderita yang tidak patuh minum obat, dan belum semua PMO (pengawas minum obat) mendapat pelatihan.

3. Surveilans/pengamatan penyakit

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan terhadap penyakit dan faktor risikonya agar tidak terjadi kejadian luar biasa (KLB) atau wabah.

  1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA dan Diare, Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA dan Diare pada balita. Dalam tahun 2017, pencapaian penemuan pneumonia pada balita baru mencapai 63 % (target 85%). Hambatan  yang ditemui yaitu kepatuhan dalam penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sehingga perlu terus dilakukan upaya kegiatan evaluasi program bagi pengelola program P2 Diare, peningkatan pengetahuan kader posyandu tentang penemuan dan tatalaksana diare, dan penyediaan sarana penyuluhan tentang diare.
  2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hepatitis, dilakukan melalui kegiatan sosialisasi pengendalian hepatitis bagi Puskesmas dan Rumah Sakit, deteksi dini Hepatitis B dan C bagi Puskesmas dan Rumah Sakit serta pelatihan tatalaksana Hepatitis Bagi dokter Puskesmas dan Rumah Sakit.
  3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kecacingan, dilakukan melalui kegiatan diantaranya sosialisasi pemberian obat pencegahan massal kecacingan serta pemberian obat pencegahan massal kecacingan. Hasil dari kegiatan ini adalah sebanyak 224.540 ( 92,9 %) anak usia 1-12 tahun minum obat cacing dari asaran sebanyak 241.668 anak.
  4. Pencegahan dan Pemberantaan Penyakit Kusta, dilakukan melalui kegiatan refreshing pencegahan dan pengendalian penyakit kusta bagi 25 orang perawat  puskesmas tentang tatalaksana, pengobatan, penanganan reaksi dan penemuan kasus kusta. Hasil kegiatan ini penemuan penderita baru pada tahun 2017 ini adalah sebanyak 16 orang yang terdiri dari  15 orang dewasa dengan type MB, dan 1 orang dewasa type PB, tidak ada penderita kusta cacat tingkat II.
  5. Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV/AIDS yang dilakukan selama tahun 2017 untuk mendukung program diantaranya sebagai berikut workshop konseling perubahan perilaku bagi kader HIV Kota Bogor, peningkatan pengetahuan dan kemampuan menyuluh bagi kader HIV, peningkatan kemampuan tokoh agama (Kristen, Hindu, Budha & Islam) dalam melakukan konseling pada calon pengantin di Kota Bogor, sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat oleh Kader tingkat RW, sosialisasi HIV/AIDS ke Karang Taruna, peningkatan pengetahuan Konselor VCT bagi petugas Puskesmas, workshop konselor VCT bagi petugas Puskesmas, sosialisasi HIV/AIDS bagi RS dan RB di Kota Bogor, pelatihan PITC bagi Bidan Rumah Sakit dan Puskesmas, sosialisasi HIV/AIDS bagi Lurah dan Camat di Kota Bogor, sosialisasi HIV/AIDS bagi Kepala Sekolah/Rektor Universitas di Kota Bogor, konseling dan Skrining HIV/AIDS di Hotspot Komunitas, skrining IMS di Hotspot Komunitas (WPS, LSL, Waria dan IDU) sebagai kelompok beresiko, agar kasus IMS dapat terdeteksi dan dapat segera ditindaklanjuti penanganannya, konseling dan skrining HIV/AIDS di Tempat Kerja, pemberantasan penyakit HIV/AIDS, Pemeriksaan CD4 & Viral Load, sosialisasi HIV/AIDS & Perda HIV/AIDS di Instansi Pemerintah & swasta Hasil dari kegiatan ini adalah tersosialisasinya HIV/AIDS & Perda HIV/AIDS di Instansi pemerintah & swasta Kota Bogor, sebanyak 700 orang. Berikut adalah hasil pencapaian kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yaitu :

Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017 Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Menuju Bogor Kota Sehat

Pada tahun 2017 klien yang diperiksa ke klinik VCT (Voluntary Counseling Testing) sebanyak 22.053 orang, dengan jumlah kasus baru HIV positif ditemukan sebanyak 505 orang. Ibu hamil yang positif HIV ada 13 orang dari total bumil yang diperiksa sebanyak 8.420 orang. Sampai dengan tahun 2017 jumlah kumulatif penduduk usia 15-49 tahun yang dilakukan konseling dan test HIV sebanyak 180.988 orang, dan kasus HIV positif yang ditemukan di Kota Bogor ada 4.164 orang. Sehingga persentase konseling dan test HIV sudah mencapai  37,30 % (dari target 20%). Prevalensi HIV / AIDS tahun 2017 yaitu 0,15 % masih memenuhi target prevalensi HIV / AIDS yang diharapkan yaitu <0,5.3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD yang dilakukan selama tahun 2017 untuk mendukung program diantaranya sebagai berikut :

  • Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Juamantik untuk Koordinator Jumantik Tingkat Kelurahan,
  • Pelatihan Juru Penggerak PSN DBD yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan supervisor jumatik.
  • Menggerakkan supervisor Jumatik sebagai juru penggerak PSN di wilayahnya serta meningkatkan peran serta supervisor jumatik dalam pokja DBD.

Selanjutnya ada kegiatan pertemuan penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Untuk Lintas Program dan Lintas Sektor, pelatihan pengoperasian alat dan bahan pengendalian vektor bagi Petugas Puskesmas dan Kecamatan, Fogging Fokus, supervisi gerakan 1 rumah 1 jumantik semester I dan II yang bertujuan untuk memonitor pencapaian target kegiatan yang ditetapkan dalam prinsip kegiatan 1 Rumah 1 Jumantik, mempertajam pengambilan keputusan, menindak lanjuti kendala yang dihadapi selama terlaksananya program kegiatan 1 Rumah 1 Juamntik dan meningkatkan efisiensi & efektivitas pelaksanaan kegiatan.

Distribusi Ovitrap juga dilakuan untuk pencegahan dan menurunkan kasus DBD serta penggunaan aplikasi android Penyelidikan Epidemiologi (PE) Mobile untuk mempermudahkerja petugas Puskesmas saat melakukan PE serta tersedianya data DBD yang lengkap, tepat dan akurat. Hasil dari pelaksaan Program ini adalah Kasus DBD padatahun 2017 sebanyak 855 dengan angka kesakitan/IR (Insidene Rate ) 82 per 100.000 penduduk dan  jumlah kematian 6 penderita dengan angka kematian/CFR (Case Fatatliy Rate) 0,007.

Jumlah ini melebihi angka kesakitan/ IR yang diharapkan pada tahun 2017 yaitu 50 per 100.000 penduduk dan melebihi angka kematian / CFR yang diharapkan pada tahun 2017 yaitu 0,006. Apabila di bandingkan dengan tahun 2016 terjadi penurunan kasus sebanyak  370 penderita. Angka kesakitan akibat DBD pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 disebabkan Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2017  mengalami peningkatan disbandingkan tahun 2016 yaitu 92,1% (Target 95%).

Peningkatan ABJ ini juga di dukung dengan beberapa upaya kegiatan diantaranya melalui program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik mulai dari sosialisasi, pertemuan penguatan hingga supervisi, pelatihan juru penggerak PSN DBD, pendistribusian ovitrap di 20 kelurahan endemis DBD, penyuluhan penyakit DBD dan pencegahannya di Sekolah SD dan SMP, dan sistem pelaporan DBD berbasis web dan android.

Sumber : LKPJ Dinas Kesehatan Kota Bogor  Tahun 2017

Berita Terkait

Berikan Komentar