
Kimiko, Gen Z Kota Bogor dengan Segudang Prestasi, Raih Beasiswa Garuda di University of Toronto
Mediabogor.co, Kota Bogor – Ada stigma negatif yang berkembang di masyarakat terhadap Generasi Z, seperti Mageran (malas gerak), mental stroberi (mudah menyerah), hingga pemilih. Namun hal tersebut tidak berlaku pada Kimiko Kirana Rely Agusta. Siswi kelas 12 dari SMA Madania Bogor ini rupanya sukses menyabet Beasiswa Garuda di University of Toronto, Kanada, jurusan Biochemistry (Bio Kimia).
“Jadi ada Guruku di Madania, Miss Dina ngasih info dan memberikan saran ke aku, katanya ada Beasiswa Garuda gelombang 1 itu dibuka tanggal 21 April di hari Kartini kemarin dan tutupnya 23 April,” kata Remaja putri yang lahir pada 06 Agustus 2007.
Tak berpikir panjang, Kimi, sapaan akrabnya, langsung bergerak cepat memenuhi persyaratan yang diperlukan. “Aku langsung fulfill semua persyaratan yang diminta sama Beasiswa Garuda dan pengumumannya itu tanggal 28 kemarin,” ujarnya. Menurutnya, sejak penutupan pendataran Beasiswa dirinya jadi lebih sering memeriksa emal dan portal resmi University of Toronto. “Jadi selama lima hari itu aku jujur aku agak gak nggak tenang. Sebentar-bentar cek email, tapi lama-lama, ya sudah lah. Apapun yang Tuhan berikan itu jalan terbaiknya. Kalau keterima berarti aku pantas, tapi kalau belum ya sudah berarti aku harus banyak belajar lagi,” ungkapnya.
Di tengah kepasrahannya, Kimi akhirnya mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Pada 28 April lalu, ketika untuk terakhir kalinya dia memeriksa penumuman beasiswa di laman resmi untuk Beasiswa Garuda, Namanya terpampang jelas pada daftar siswa yang mendapatkan program belajar dengan 100 persen akomodasi itu. “Aku masukin bio aku, itu langsung gemeteran aku langsung ke Mami karena waktu itu Daddy lagi di luar. Aku bilang mau keterima disitu. Kita nangis bareng dan langsung hubungi Miss Dina . Nah dari situ Miss Dina baru share the good news ke guru-guru lainnya di SMA Madania,” terangnya dengan penuh emosional.
Sudah Mendapatkan Beasiswa di Kampus Indonesia
Sebelum diterima di University of Toronto, ternyata Kimi sudah diterima juga di dua universitas negri kelas wahid di Indonesia. Namun, karena keinginannya bersekolah ke luar negeri demi mencapai mimpinya menjadi seorang Peneliti, Putri pertama dari pasangan Ali Reza Agusta dan Lya Tirnawati Manurung itu tetap menantikan Beasiswa dari universitas di luar negeri.
“University of Toronto ini punya sesuatu yang aku butuhkan dan bisa men-support studi aku. Pertama, segala macam riset itu didukung penuh sama universitas-nya. Jadi, kalau aku mau mengadakan independent research nanti di tahun ketiga atau tahun keempat, itu bisa banget. Bisa diajuin dananya,” papar pecinta buku itu.
Poin kedua, lanjut Kimi, adalah program internship. “Jadi, banyak dari alumninya itu setelah internship, mereka juga kerja di perusahaan tersebut,” terang Kimi penuh semangat.
Dengan profil University of Toronto yang menarik hatinya, Kimi rela menunggu keputusan beasiswa tersebut. “Jadi, aku melihat University of Toronto itu mereka profilnya bagus. Mereka juga punya program yang bisa membantu aku untuk berkembang. Karena aku bukan tipe orang yang cuma bisa belajar duduk dari teori, dengerin lecture,” ungkapnya.
Keinginan Membangun Kesehatan yang Lebih Baik di Indonesia
Dengan diterimanya Kimi di University of Toronto dalam Jurusan Bio Kimia, Kimi memiliki keinginan untuk memperbaiki Kesehatan di Indonesia. Menurutnya, angka TBC yang masih tinggi merupakan sebuah hal yang harus segera diatasi.
“Menurutu, sekolah di luar negri dengan fasilitas yang baik, aku bisa memberikan sesuatu nantinya untuk Indonesia. Terutama aku masih sedih dengan angka TBC yang masih tinggi di Indonesia,” terang gadis berusia 17 tahun itu.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa dirinya memang tertarik pada dunia kesehatan, farmasi, science. “I have to do it on my own. Aku tertarik banget bikin obat, gimana bikin vaksin. Aku tuh suka. Makanya pas denger, pas baca juga tentang University of Toronto tuh mengakomodasi ini. Aku bilang, I think this is it. This is the school that I’m going to. It’s in my top list, University of Toronto,” tegasnya.
Dengan mengemban ilmu di luar negeri, Kimi berharap akan memberikan kontribusi dalam bidang Kesehatan bagi Indonesia di masa depan. “Bisa jadi, dengan aku kuliah di luar, aku jadi punya kenalan di WHO, dan karena kebutuhan aku sains dan bidangnya itu di health. Aku bisa bantu cabang yang di Indonesia. Atau mungkin aku bisa bekerja sama dengan pemerintah Indonesia nantinya,” harap Kimi.
Tidak Pernah Ikut Les, Tapi Raih Banyak Prestasi. Kok Bisa?

Ketika Redaksi mediabogor.co mewawancarai Kimi, terlintas sebuah kebiasaan belajar yang ekstra, begitupun dengan bimbel yang biasanya tak lepas dari gambaran seorang anak berprestasi. Namun hal itu dibantah oleh Kimiko.
“Kalau ada yang mikir kayak, kamu les gak sih Kim? No. Dari kecil aku gak pernah di lesin. Mau gitu tentang akademik maupun Bahasa,” ujarnya.
Menurutnya, peran orangtua di rumah dalam mendidik adalah poin penting. Mulai dari kedisiplinan, pengulangan pelajaran yang telah diterima di sekolah, hingga melatih Bahasa. Bahkan menurut Reza, ayah Kimi, buah hatinya itu sejak kecil memang sudah dilatih berbicara bahas Inggris.
Bahkan jauh sebelumnya, saat Kimi duduk di bangku kelas 1 SMA, dirinya pernah terpilih menjadi perwakilan dari Indonesia untuk belajar Bahasa Jerman secara langsung di negaranya selama satu bulan penuh. “Pada saat itu aku memang yang paling kecil kali ya,” candanya.
Namun demikian, satu-satunya les yang pernah dia emban adalah kursus Bahas Jerman tersebut. “Karena memang di rumah tidak ada yang bisa berbahasa Jerman. Di kelas 10. Jadi di tahun 2022 kan aku mau naik kelas 10 nih ya. Aku pulang dari Jerman. Aku lulus Certificate Bahasa A2 pas aku di Jerman itu. Dan aku bisa langsung naik ke B1. Di situ aku mulai les intensif 3 kali seminggu. Level B1 sampe aku terakhir C1,” jelas Kimi.
Disiplin mengatur waktu dan slalu memberikan target merupakan kebiasaan Kimi yang dia tanamkan untuk mencapai tujuannya. “Aku kalau masalah tugas, itu harus disiplin. Jadi misalnya aku dikasih tugas A, tenggang waktunya tiga hari setelahnya, aku harus selesai dalam dua hari. Ada deadline-nya,” tegas Kimi.
Dengan disiplin, lanjut Kimi, selama tiga tahun mengenyam Pendidikan di SMA Madania, dia selalu menjadi juara 1 di kelasnya. Namun demikian, Kimi tetap memperhatikan pola hidup sehat dan tidak terlalu memporsir segala sesuatu di luar batasannya.
Selain juara kelas, buah dari kedisiplinan yang dibangunnya, ternyata Kimi juga pernah terpilih sebagai Duta Siswa Kota Bogor yang dikirim ke Kuala Lumpur pada tahun 2025 ini dalam International conference discussing solutions towards SDG challenges.
Baca Buku dan Bersosial
Pepatah mengatakan, “Buku adalah Gudang Ilmu” sepertinya benar. Kimi yang masih remaja rupanya memang memiliki hobi membaca buku. Dia mengaku, dengan membaca, perasaannya bisa lebih nyaman dan tenang.
“Kalo lagi bosen aku suka baca buku biologi, ya baca-baca aja. Kalo buku bacaan lainnya, di luar pelajaran? Aku suka baca berita. I don’t know why, itu kayak comfy aja gitu buat aku sebagai seorang pembaca. Aku nyaman banget gitu kalo misalnya aku lagi ga ada kegiatan gitu, aku lagi free, aku baca buku. Aku jujur banyak banget nih to be read list-nya,” paparnya.
Dalam bersosial media, remaja putri itu pun mengaku lebih menyukai aplikasi sosmed Threads disbanding lainnya.
Selain disiplin dalam mengatur pola hidup, ternyata Kimiko juga merupakan seorang pengurus termuda dari Komunitas yang bergerak dalam bidang sosial, yaitu Peduli Bogor. “Saat itu, Peduli Bogor lagi open recruitment untuk pengurus. Aku nyoba, interview, seleksi berkas, semuanya, puji Tuhan aku keterima. Aku keterima, dan salah satu pengurus termuda juga, di batch, aku batch 4,” jelasnya bangga.
Selama empat bulan, Kimi bekerja tanpa bayaran dan dia sangat menyukai kegiatan sosial tersebut. “Setiap weekend itu pasti aku nge-handle event. Jadi, sekolah weekday, weekend-nya aku volunteering, aku ngurus event aku sendiri, aku juga bantu di event teman-teman aku, karena memang kan aku sebagai project planner ya, aku yang merancang sebuah event” jelasnya.
Dengan berkegiatan sosial menurutnya, hal tersebut dapat menumbuhkan jiwa peduli terhadap sesama dan kebermanfaatan untuk orang lain.
“Jika kamu tidak memberi, maka apa gunanya? Kamu punya potensi. Aku diajarin, kalau Tuhan sudah memberi kamu kasih, kamu juga berilah kasih kepada sesamamu,” papar Kimi.
Berbagai kegiatan sosial sudah banyak dilakukannya, mulai dari berbagi di Panti Jompo, hingga melakukan acara di tempat Disabilitas yang ada di Bogor. “Bukan tentang apa yang kamu capai, tapi siapa kamu, berapa bernilai kamu sebagai manusia, dan apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu teman-teman, keluarga, orang banyak. Bagaimana kamu bisa bermanfaat,” kata Kimi penuh emosional.
Pesan untuk Gen Z
Kimiko yang merupakan Generasi Z, sepertinya sudah membuktikan bahwa dirinya bisa merubah Paradigma malas gerak, apatis, mudah terbawa arus, ingin serba instan dan mental stroberi (Indah dilihat namun rapuh). Setidaknya, dalam usianya yang sangat belia, dia sudah berhasil mematahkan anggapan masyarakat terkait Gen Z. Walau demikian, Kimi tidak ingin maju sendirian. Dia ingin mengajak sesama Gen Z untuk sukses bersama.
Poin pertama kata Kimi adalah Disiplin. Sebagai manusia yang tidak selamanya bergantung pada orangtua, belajar disiplin sejak dini dapat merubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik. “Mengatur waktu sebaik-baiknya sih yang pertama,” ungkapnya tegas.
Poin kedua lanjut Kimi, Gen Z harus berani mengorbankan sesuatu yang tidak terlalu penting dan membuang waktu. “Mungkin aku juga banyak mengorbankan waktu untuk bersenang-senang di luar, mengurangi waktu hangout dengan teman, mengorbankan main-main dan bahkan itu bisa menghindari kita dari bergosip lho,” jelas Kimi.
Selanjutnya, poin ketiga, Kimi mengajak Gen Z untuk tidak mengabaikan kesempatan yang ada. Karena menurutnya, kesempatan baik yang sama tidak akan datang dua kali. “Ayo Gen Z jika ada kesempatan belajar di luar negeri, ambil. Jangan tunggu lagi. Walau terlihat “mengerikan” tinggal di tempat baru dengan kebiasaan yang jauh berbeda antara Indonesia dan luar, jangan jadikan itu sebagai Batasan melebarkan sayapmu. Apalagi keterbatasan finansial, jangan sampai itu menghambat mimpi kamu. Karena banyak jalan menuju Roma,” paparnya.
Dia melanjutkan, kesempatan apapun dalam hal positif sudah wajib diikuti. Menurutnya, memanfaatkan teknologi dan informasi adalah kuncinya. “Kita bisa mulai dari kesempatan untuk ikut di organisasi-organisasi seperti OSIS atau komunitas sosial mungkin. Dan juga, tes kemampuan kamu untuk ikuti lomba-lomba. Karena walaupun tidak juara dalam lomba, kita bisa mengetahui di mana letak kemampuan kita,” katanya.
Akhirnya, Kimiko mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada semua pihak termasuk kedua orangtuanya yang telah mendukung dalam proses menuju sekolah di University of Toronto. “Pokoknya kalau aku disuruh pilih mau dikasih keluarga yang mana, aku udah pasti memilih keluargku. Dengan Daddy, Mommy, dan Adikku, aku sudah sangat merasa bersyukur dilahirkan dari keluarga ini. Juga, untuk Sekolah Madania, dimana sejak SD aku sudah belajar di sana. Kepada teman-teman dekatku yang selalu men-support dan gak lupa ibu Dina yang selalu bimbing aku di sekolah,” tutupnya. (RN)
Berikan Komentar