Ketua GMNI Cabang Bogor Ungkap, Aksi dan Vandalisme Bentuk Kekecewaan Kepada Pemerintah

Mediabogor.co, BOGOR – Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Bogor, Yuandra Sowakil, angkat bicara terkait dinamika aksi unjuk rasa yang digelar pada Kamis (21/8/2025) di halaman Balai Kota Bogor.

Dalam pernyataannya, Yuandra menegaskan bahwa aksi yang dilakukan kader GMNI bukan semata-mata tindakan vandalisme, melainkan bentuk ekspresi akibat tidak adanya respon dari Pemerintah Kota Bogor terhadap aspirasi yang disampaikan.

“Sejatinya kami sudah pernah melayangkan surat audiensi prihal gagasan kawan-kawan di GMNI Bogor mengenai perjalanan pemerintahan Kota Bogor. Gagasan itu kemudian kami tuangkan dalam aksi. Dari awal kami sampaikan bahwa aspirasi ini harus tersampaikan dan harus ada ruang dialog,” ujar Yuandra kepada wartawan, Sabtu 23 Agustus 2025.

Namun, menurutnya, selama aksi berlangsung, berbagai orasi politik dan sosial yang disuarakan tidak ditanggapi sedikit pun oleh pihak Pemerintah Kota Bogor.

“Bahkan kami sempat bertanya, aksi ini mau dibawa ke mana? Kalau ruangnya adalah ruang kedamaian, maka aspirasi kami harus didengarkan. Tapi nyatanya tidak ada satupun perwakilan yang mau menerima kami,” tegasnya.

Yuandra menilai bahwa isu yang diangkat GMNI Bogor sangat substansial, mulai dari kasus kematian petugas kebersihan di TPA Galuga hingga persoalan hutang di RSUD Kota Bogor.

“Ruang kesehatan masyarakat seharusnya memiliki mekanisme dan manajemen yang baik, termasuk soal keuangan. Hal ini harus dipertanggungjawabkan secara sosial. Walikota Bogor seharusnya berani meminta maaf sebagai bentuk keseriusan dalam menjalankan pemerintahan,” katanya.

Terkait tindakan coret-coretan di dinding Balai Kota Bogor yang kemudian menuai sorotan publik, Yuandra menjelaskan bahwa hal itu terjadi spontan akibat kekecewaan massa aksi

“Awalnya kawan-kawan hanya ingin mencoret di lantai lapangan upacara. Tapi karena hujan, akhirnya tulisan dialihkan ke dinding. Itu pun karena sampai detik akhir aksi kami tidak ditanggapi. Jadi ekspresi itu muncul dari rasa geram,” jelasnya.

Ia menegaskan, substansi aspirasi jangan ditutup dengan isu vandalisme semata.

“Kami datang membawa ide, bukan sekadar coret-coret. Bahkan saya katakan, kalaupun itu dianggap cagar budaya, biarkanlah coretan itu menjadi catatan sejarah baru, sebagai bukti bahwa ada suara masyarakat yang tidak didengar,” ungkap Yuandra.

GMNI Bogor juga menyatakan siap bertanggung jawab penuh atas aksi tersebut. Yuandra menegaskan bahwa dirinya sebagai penanggung jawab aksi akan memenuhi bila ada pemanggilan dari pihak kepolisian.

“Hari ini saya bersama jajaran akan ke Polresta menanyakan tindak lanjut laporan. Kalau memang ada pemanggilan, kami siap hadir. Kami tidak lari dari tanggung jawab,” tegasnya.

Selain itu, GMNI Bogor juga mempertanyakan adanya dugaan tindak represif aparat kepada massa aksi. Yuandra menyebut sejumlah kader mengalami kekerasan fisik saat demonstrasi berlangsung.

“Kami sedang berdiskusi dengan senior-senior untuk menindaklanjuti hal ini dalam bentuk laporan resmi,” tambahnya.

Yuandra menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa aksi GMNI Bogor bukan sekadar luapan emosi, melainkan perjuangan menyuarakan kepentingan masyarakat.

“Kami marah karena tidak didengar. Menurut kami, wali kota anti kritik dan tidak berani berhadapan langsung dengan mahasiswa untuk mendengarkan aspirasi rakyat,” pungkasnya.

Berita Terkait

Berikan Komentar