
Ketersediaan Obat di RSUD Kota Bogor Berkurang, Pasien BPJS Kesehatan Kecewa
Mediabogor.co, BOGOR – Berkurangnya ketersediaan obat untuk pasien BPJS Kesehatan di RSUD Kota Bogor dikeluhkan. Pasalnya setiap pasien BPJS yang akan mengambil obat di apotik rumah sakit selalu tidak terpenuhi sesuai resep dan pihak apoteker menyuruh untuk membeli obat di luar RSUD Kota Bogor.
Salah satunya yang dialami Isak (60) warga Kota Bogor. Ia mengaku pasien penyakit Kronis diabetes melitus dan Jantung yang setiap bulan selalu kontrol kepada dokter spesialis RSUD Kota Bogor sebagai RS rujukan dari Faskes tingkat I. Namun setiap
pengambilan obat ke instalasi Farmasi di RSUD Kota Bogor selalu obat obat yang dibutuhkan tidak pernah terpenuhi secara lengkap.
” Ini berulang untuk setiap bulannya dan ternyata bukan hanya saya yang mengalaminya sendiri ternyata masih banyak pasien lainnya yang mengalami hal seperti yang saya alami. Setiap ditanyakan ke petugas mereka mengenai kekurangan obat, mereka dengan sangat entengnya menjawab untuk mencari dan membeli di apotik lain.” Kata Isak.
Isak meminta negara hadir dan berpihak kepada masyarakat miskin dan tidak mampu agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat atau pasien BPJS tercukupi.
” Kalau beli obatnya banyak ya uang dari mana dan terus berulang kali ,” jelasnya.
Isak mengaku membuat catatan resep pengambilan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Bogor yang dibuat oleh dokter spesialis seperti :
1. 13 Mei 2025, Kontrol ke Dokter Penyakit Dalam dan pada saat pengambilan Obat di Instalasi Farmasi beberapa obat tidak tersedia dengan Keterangan “Nedet” dengan rincian obat Gliquidone 30 mg, Gludosamine 500 mg, Gabapentin 150 mm dan Galvus 150 mg. Sedangkan E. Insulin merk Humalog mix 25 dimana kewajiban dari RSUD untuk 1 minggutidak ada.
2. 10 Juni 2025, kembalikan kontrol ke Dokter Penyakit Dalam, pada saat pengambilan obat ke Instalasi Farmasi beberapa obat yang tidak tersedia, adalah:
Metformin 500 mg, Insulin Humalog mix 25 dan kembali kewajiban dari RSUD untuk 1 minggu tidak ada.
3. 21 Juni 2025, kontrol ke dokter Jantung dan Pembuluh Darah, pada saat pengambilan obat ke instalasi Farmasi beberapa obat yang tidak tersedia adalah
Aspilet Enterik 100 mg
4. 10 Juli 2025 kontrol ke dokter Penyakit Dalam, pada saat pengambilan obat ke Instalasi Farmasi beberapa obat yang tidak tersedia adalah Lansoprazole 30 mg, Galvus 50 mg, Gabapentin 150 mg, Insulin merk Rhyzodeg dan kewajiban dari RSUD untuk 1 minggutidak ada.
5. Tanggal 28 Juli 2025, kembali kontrol ke dokter Jantung dan Pembuluh Darah, pada saat pengambilan obat ke instalasi Farmasi beberapa obat yang tidak tersedia adalah Aspilet Enterik 100 mg
Pasien lainya yang mengeluhkan hal yang sama Yong Surya (45) mengaku kecewa saat mendapatkan resep dari dokter spesialis Bedah Orthopedi sub Spesialis Genu, obat yang diambil di farmasi RSUD Kota Bogor tidak tersedia dan harus membeli di apotik lainnya.
” Ibu saya habis di operasi dan saat dirawat malah mendapatkan resep obat yang harus di beli,” kata Yong.
Selain Isak dan Yong, pasien lainya Raden (30). Ia mengaku berobat ke RSUD Kota Bogor karena menderita diabetes, hipertensi, postat, Batu empedu, Penurunan fungsi ginjal, Hernia perut dan jantung. Tetapi obat yang dibutuhkan tidak tersedia di farmasi RSUD Kota Bogor.
” Sayang sekali obat yang diperlukan tidak selalu bisa diberikan Farmasi RSUD secara lengkap dengan alasan tidak memenuhi persyaratan (chek lab) atau tidak dicover BPJS, ” katanya.
Kabid Penunjang Medik RSUD Kota Bogor Eriati mengaku obat yang belum lengkap dihutangkan ke pasien dan menunggu obat tersedia terlebih dahulu. Ia juga mengaku obat – obat Fornas bisa tersedia untuk 7 hari namun untuk obat kronis belum semua tersedia dan membutuhkan waktu untuk menyiapkannya.
Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Kota Bogor Jenal M. Sambas mengatakan sudah mendapat beberapa pengaduan dari masyarakat mengenai tidak tersedianya obat di RSUD Kota Bogor, hal ini sudah dikomunikasikan ke pihak rumah sakit.
Ia menjelaskan ketentuan secara umum Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjamin pelayanan kesehatan di Rumah Sakit selama peserta mengikuti prosedur yg ditetapkan dengan sistem paket INA CBG’s, tentunya didalamnya termasuk obat- obatannya sesuai formularium nasional yang ditentukan Kemenkes.l.
” Harusnya RS memenuhi layanan termasuk semua obat nya sesuai ketentuan dan peserta tidak boleh disuruh cari dan beli sendiri,” katanya.
Bahwa ada kekosongan obat seperti yang disampaikan pasien, ini tentunya menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk menyelesaikan.
” Sesuai kontrak antara BPJS Kesehatan dengan RS jika ada pengaduan peserta namun tidak diselesaikan dan bahkan berulang kami berhak memberikan surat teguran ke RS,” katanya
Sedangkan terkait kendala layanan sebaiknya pasein melaporkan kepada Petugas BPJS Satu (BPJS Siap Membantu) dimana nama dan nomor handphon ada di beberapa di RS dan tersedia didekat loket,
” Nanti petugas kami bantu kordinasikan dan selesaikan pada saat kendala terjadi,” pungkasnya.
Sebelumnya, RSUD Kota Bogor dilaporkan memiliki hutang sebesar Rp. 111 miliar sehingga pada tahun 2024 menderita kerugian puluhan miliar rupiah. kondisi tersebut membuat pihak Rumah Sakit melakukan kebijakan efisiensi anggaran.
Berikan Komentar