Kampung Pabuaran Pasir Mulyaharja Dikenal Penghasil Alpukat

Mediabogor.co, BOGOR- Kampung Pabuaran Pasir, Kelurahan Mulyaharja, daerah pelosok yang terletak di Kecamatan Selatan Kota Bogor dikenal sebagai Kampung Alpukat. Karena, penghasil alpukat.

Ketua Kelompok Taruna Tani, Oji Afandi mengatakan, Kelompok Taruna Tani mulai merintis Kampung Alpukat sejak 2017 lalu. Untuk perdana ditanam 200 pohon alpukat di atas lahan seluas 3,8 hektare.

“Awalnya 200 pohon kita tanam, kemudian dilanjutkan tahun 2019 di-launching untuk penanaman yang ke 1.000 pohon,” kata Oji, Kamis (18/03/2021).

Kampung Pabuaran Pasir Mulyaharja Dikenal Penghasil Alpukat

Sampai saat ini, lanjut Oji, setelah diinventarisir tercatat 1.500 pohon alpukat yang telah tanam dengan 10 varietas di antaranya alpukat kendil, miki, hawai jumbo, YM dan wina.

Penanaman pohon alpukat itu tidak hanya dilakukan di kebun, Kelompok Taruna Tani menyediakan bibit alpukat dari kebun pembibitan untuk ditanam warga di area pekarangan rumah.

“Untuk pasaran alpukat di Kota Bogor itu masih kekurangan. Yang terkandang kita ambil juga dari daerah lain. Nah, peluang itu kenapa tidak kita coba manfaatkan untuk bertanam alpukat dengan mengajak warga,” ujarnya.

Dijelaskan, tumbuhan buah yang ditanam itu awalnya kurang lebih 5 hingga 10 sentimeter kini sudah tumbuh tinggi. Bahkan beberapa pohon alpukat yang ditanam lima tahun lalu sudah berbuah.

“Yang ditanam tahun 2017 sudah mulai berbuah, rata-rata itu di depan rumah warga. Sedangkan yang ditanam tahun 2019, sekarang baru pada keluar bunga sebagian,” paparnya.

Menurutnya, kesuburan tanah memang menjadi faktor penting bagi pohon alpukat. Sebab, dari umur ideal berbuah 3 sampai 4 tahun namun ada pohon alpukat mampu berbuah cepat umur 2,5 tahun bahkan lebat buahnya.

Selain itu menurutnya, secara umum perawatan pohon alpukat tidak terlalu rumit. Namun agar proses tumbuh tunas dan daun produktif cepat biasanya ia melakukan pemangkasan ranting dan pucuk yang tidak berguna atau tidak produktif.

Perawatan lain, sambungnya, penyemprotan hama penyakit dan pemupukan secara organik dengan pemberian kotoran hewan ternak domba di sekitar pohon rutin dilakukan setiap enam bulan sekali.

“Kita menargetkan satu pohon itu mudah-mudahan bisa menghasilkan 1 sampai 2 kuintal buah alpukat. Kemarin, pohon (ukuran) kecil kita tanam tahun 2017 bisa menghasilkan 60 kilogram buah alpukat,” ungkapnya.

Di kebun garapan itu, Kelompok Taruna Tani juga mengembangkan pertanian tumpang sari untuk mencukupi biaya operasional. Tanaman yang ditanam adalah pohon buah yang memiliki masa waktu berbuah kurang dari satu tahun diantaranya pisang, sirsak, palawija.

“Karena untuk menanam alpukat memerlukan jarak antar pohon 6×6 meter. Jadi di selanya ditanam pohon pisang, ada juga sirsak dan palawija,” terang Oji.

Namun, kata Oji, setelah pohon alpukat tumbuh besar tanaman-tanaman yang berada disampingnya harus dibersihkan dan bisa diganti dengan tanaman yang berukuran kecil.

“ini tumpang sari karena fokus kita di kebun alpukatnya intinya begitu, sambil hasil dari pisang ini dari palawija yang lain untuk menutup cost atau anggaran pemeliharaan alpukat, dan alhamdulillah banyak teman respon,” ujarnya.

Pengembangan Kampung Alpukat ini juga diikuti oleh para pemuda setempat yang awalnya bekerja di industri rumahan beralih ke pertanian. Kondisi itu dikarenakan beberapa tahun lalu produksi industri rumahan mulai merosot.

“Kelompok anak muda rata-rata di industri tapi sekarang mereka sudah bisa merasakan bagaiamana manfaat bertani,” tutupnya. (Nick)

Berita Terkait

Berikan Komentar