IPB Berangkatkan 43 Relawan Tanggap Bencana ke Aceh, Sumut, dan Sumbar

Mediabogor.co. ‎BOGOR – Institut Pertanian Bogor (IPB) University memberangkatkan 43 orang Tim Relawan Tanggap Bencana untuk membantu penanganan korban banjir yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

‎Rektor IPB University, Alim Setiawan, mengatakan tim relawan tersebut terdiri dari 18 dosen dan 25 mahasiswa yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB. Selain membawa logistik bantuan, tim juga bertugas memberikan pelatihan kepada Perguruan Tinggi (PT) Posko Bencana terkait pembuatan pangan darurat berupa nasi steril siap makan.

‎”Penugasan Tim Relawan Tanggap Darurat IPB ini merupakan bentuk kepedulian kami kepada masyarakat yang terdampak bencana banjir di Sumatera,” ujar Alim Setiawan kepada wartawan, Sabtu 20 Desember 2025.

‎Alim menjelaskan, program pengabdian kepada masyarakat dalam rangka tanggap darurat bencana ini merupakan hasil kerja sama IPB dengan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Program tersebut mencakup empat fokus utama.

‎Pertama, pelatihan dan penyediaan sebanyak 18.000 bungkus pangan steril siap makan guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di wilayah terdampak bencana.

‎Kedua, pelayanan kesehatan terpadu yang meliputi layanan kesehatan dasar herbal-komplementer seperti akupunktur dan akupresur, telemedisin tenaga kesehatan, serta pembinaan kader kesehatan rehabilitasi bencana.

‎Ketiga, pemberian 13.500 paket pangan khusus bagi kelompok balita untuk mencegah malnutrisi, memperbaiki asupan gizi, serta menjaga kesehatan kelompok usia rentan selama masa darurat.

‎Keempat, pelaksanaan pendampingan psikososial pascabencana untuk memulihkan ketahanan mental masyarakat, mengurangi stres akut, serta memperkuat stabilitas sosial di wilayah terdampak.

‎”Melalui program ini, IPB tidak hanya memberikan bantuan logistik, tetapi juga melakukan transfer pengetahuan kepada perguruan tinggi posko dan relawan setempat melalui pelatihan pembuatan pangan darurat bencana. Harapannya, inovasi ini dapat dilanjutkan secara mandiri sehingga keberlanjutan teknologi penanganan bencana dapat terjaga,” jelas Alim.

‎Senada dengan itu, Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB, Handian Purwawangsa, menyampaikan bahwa inovasi nasi steril siap makan memiliki keunggulan karena dapat disimpan dalam jangka waktu lama.

‎”Nasi steril ini bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu dimasak atau dipanaskan, memiliki daya simpan hingga dua tahun, serta cita rasa yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia,” ujar Handian.

‎Ia menambahkan, bahan baku nasi steril mudah diperoleh di pasar dan diformulasikan dalam berbagai varian menu, seperti nasi liwet, nasi kuning, nasi ayam jeruk purut, nasi uduk, hingga nasi goreng.

‎Produk ini dikemas dalam pouch berukuran 150–200 gram atau setara dengan porsi makan orang dewasa, sehingga mudah dimobilisasi ke lokasi bencana.

‎Penyaluran bantuan inovasi teknologi IPB tersebut akan dikolaborasikan dengan perguruan tinggi posko setempat, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK) di Aceh, Universitas Sumatera Utara (USU) di Sumatera Utara, serta Universitas Andalas (UNAND) di Sumatera Barat.

‎”Dengan adanya inovasi ini, kami berharap kebutuhan paling mendesak masyarakat dapat segera terpenuhi sekaligus mendukung percepatan pemulihan pascabencana di seluruh wilayah terdampak,” pungkas Handian.

Berita Terkait

Berikan Komentar