
Ini Cerita Dundun Seorang Arsitek Bidang Perumahan yang Menjadi Ternak Domba
Ini Cerita Dundun Seorang Arsitek Bidang Perumahan yang Menjadi Ternak Domba
Mediabogor.id, BOGOR- Dundun Abdillah merupakan salah satu artitek di bidang perumahan yang harus berubah haluan usaha menjadi peternak domba Garut.
Pria yang kini menginjak usia 48 tahun itu mendirikan peternakan domba Garut bernama Asri Tani (Arsitek Petani).
“Saya mulai terjun untuk beternak domba Garut tahun 2015 lalu. Usaha ini bisa dibilang beralih haluan dari arsitek jadi peternak. Ya, waktu itu insidental saja, jenuh di dunia lalu, terjun ke sini (beternak),” ucap Dundun di Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, belum lama ini.
Awal membuka usahanya, kata dia, bermodalkan sekitar Rp10 juta untuk pembiayaan pembuatan kandang dan memelihara 6 ekor domba Garut, 3 pejantan dan 3 betina. Empat tahun lama menggeluti dunia usaha ternak domba ternyata membawa berkah baginya hingga saat ini telah memiliki ratusan ekor.
Dundun yang juga wakil ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Bogor Raya melanjutkan peluang usaha ternak domba Garut cukup terbuka lebar dan menjanjikan lantaran harga jual lebih tinggi dari domba biasa.
“Dari kalkulasi bisnis, modal, operasional, harga jual ketemu margin, yang paling besar ada di domba Garut. Hitungannya, panen tahunan di Hari Raya Idul Adha dan untuk sehari-harinya dari kebutuhan akikah,” paparnya.
Seperti bulan ini, kata dia, adalah masa yang dinanti, yaitu panen tahunan. Dundun telah bersiap menjual hasil ternaknya dengan menyediakan 250 ekor domba untuk hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah.
Khusus domba Garut matang tanduk dihargai Rp5 sampai 15 juta. Di luar itu, harganya dikisaran Rp3 sampai 5 juta. “Selama ini segmen pasar di Jabodetabek dari komunitas penghobi domba Garut, peternak juga dan masyarakat umum yang tahu dari mulut ke mulut. Biasanya datang langsung ke sini,” katanya.
Dundun mengatakan, berdasarkan pengalamannya untuk menghasilkan turunan anakan domba Garut unggulan, pengembangbiakan dilakukan secara kawin alami tanpa sistem koloni. Namun sebelum dilakukan pengembangbiakan, perlu diketahui mengenai siklus birahi domba betina.
“Biasanya siklus birahi domba dan kambing itu 14 sampai 18 hari. Jadi, begitu waktu birahi, dikawin sama pejantan. Dan kalau nutrisi bagus satu indukan itu bisa 3 sampai 4 anakan. Tapi kita penghobi secara pribadi senangnya 2 anakan, apalagi dapat 1 anakan karena lebih intensif, lebih cepat besar,” ucapnya.
Hal yang paling penting dalam pengembangbiakan, menurutnya, bahan domba Garut itu sendiri dari genetik bagus dari peternak yang memang telah menghasilkan domba Garut unggulan. “Jadi, caturrangga (ciri-ciri domba Garut unggulan) mesti tepat baik pejantan maupun betinanya,” jelasnya.
Selanjutnya, kata Dundun, kandang ternak diusahakan membuat nyaman domba meskipun sederhana termasuk ada tempat makan dan minum dan kandang dijaga kebersihannya. Selain itu, domba juga perlu dikeluarkan dari kandang setiap seminggu sekali.
“Saya sarankan juga guna mengurangi kesibukan perawatan kandang, sebaiknya lantai dasarnya dari tanah dan ini juga untuk mengurangi bau air seni. Jadi tinggal rutin membersihkan kotoran dan sisa-sisa pakan saja,” imbuhnya.
“Pakan harus menyesuaikan kebutuhan alami domba, yakni rumput hijau dan nutrisi yang cukup serta seimbang. Pakan tambahannya saya berikan konsentrat. Kebetulan untuk rumput tidak beli, saya tanam sendiri rumput odot,” lanjutnya.
Dari usaha ternaknya, Dundun yang pernah menjadi panitia kontes ternak domba dan kambing di Kebun Raya Bogor itu mengaku saat ini telah dapat memperoleh omset antara Rp300 sampai Rp500 juta setiap tahunnya.
“Alhamdulillah, untuk biaya operasional masih bisa tertutup dan masih ada lebihnya dari panen tahunan. Memang biaya operasional paling tinggi di sini ada di tenaga kerja, karena untuk pakan rumput sudah tersedia,” imbuhnya. (Nick)
Berikan Komentar