Haruskah Ajaran Baru Anak Masuk Sekolah?

Haruskah Ajaran Baru Anak Masuk Sekolah?

Mediabogor.com, BOGOR – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI telah menyatakan, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada 13 Juli 2020. Walaupun ditengah pandemi corona kegiatan tahun ajaran baru akan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Walaupun demikian, Metode belajar akan tergantung perkembangan kondisi daerah masing-masing. Berarti ada kemungkinan daerah yang akan melakukan kebijakan sekolah tatap muka dalam kegiatan belajar mengajarnya. Walaupun belum diputuskan daerah mana saja yang akan melakukan belajar daring maupun tatap muka langsung, tetapi hal itu telah membuat sebagian banyak orang tua khawatir. Khawatir kalau di daerahnta akan diberlakukan sekolah dengan tatap muka langsung.

Mengingat anak-anak adalah usia yang rentan untuk terpapar virus juga sehingga penolakan dengan penandatangan petisi tunda masuk sekolah selama pandemi menembus 95.720 ditandatangani warga net.
Menurut data IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), hingga tanggal 18 Mei 2020 jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 kasus. Sedangkan jumlah anak yang berstatus PDP meninggal sebanyak 129 orang dan 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.

Dengan sosialisasi pemerintahan untuk melakukan hidup new normal semakin nambah khawatir para orang tua jika kegiatan sekolah akan diberlakukan sama juga. Membayangkan anak adalah makhluk kecil yang aktif dalam bermian maka sangat tidak memungkinkan jika bersekolah terjamain bisa melakukan protokol kesehatan dengan ketat.

Indonesia sebaiknya belajar dari negeri ginseng, Korea Selatan. Saat angaka penurunan covid-19 menurun, dengan memberlakukan sekolah dengan new normal maka yang terjadi adalah melonjaknya kembali kasus yang terinfeksi virus corona.

Keselamatan anak sangat penting sebagai generasi penerus bangsa. Jangan korbankan anak demi berputarnya perekonomian negara. Sudah selayaknya pemerintah berkorban banyak untuk keselamatan jiwa semua rakyatnya selama pendemi ini, termasuk jiwa anak-anak.

Sistem pemerintahan kapitalisme selalu berorientasi pada materi dan kepentingan elit pengusaha. Dua bulan masyarakat dirumahkan seolah penguasa angkat tangan, sehingga gagasan hidup new normal digalakan demi berputarnya roda perekonomian. Hal itu berbeda dengan sistem khilafah. Sistem pemerintahan yang berasaakan pada agama islam. Pemimpin negara bertanggung jawab atas keselamatan semua warganya. Sehingga dimasa pandemi negara berupaya keras menghentikan pemutusan rantai wabah yang membahayakan masyarakat. Sebagaimana pada masa khalifah Umar bin Khattab, tergambar jelas bahwa akhirnya wabah mematikan pada masa itu berlalu dengan pengurusan yang sangat baik di bawah pimpinan Amirul mukminin.

Deni Heryani

Berita Terkait

Berikan Komentar