E-SIR (elektronik-Sistem Informasi Rujukan) Solusi Rujukan Pelayanan Kesehatan di Kota Bogor

E-SIR (elektronik-Sistem Informasi Rujukan) Solusi Rujukan Pelayanan Kesehatan di Kota Bogor

Mediabogor.com, Bogor – Dalam  menciptakan  sistem  pelayanan kesehatan yang bermutu  perlu dibuat  sistem pelayanan  secara berjenjang  sesuai dengan  kondisi  keparahan  penyakit. Pemerintah saat ini dituntut untuk mampu menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas yang dapat  melayani  semua  lapisan  masyarakat  baik  dari  kalangan  kurang mampu sampai  kalangan mampu dapat memanfaatkannya. Upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan secara formal tertuang jelas dalam surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa salah satu tujuan yang hendak dicapai pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia  pada  saat ini adalah mencapai masyarakat, bangsa dan negara di mana penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.

Dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan, perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan, yang  diarahkan  kepada  pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu pelayanan kesehatan yang  diselenggarakan  sesuai  dengan  standar  dan  etika pelayanan profesi yang  meliputi  pelayanan  kesehatan  dasar dan  rujukan baik dalam  bentuk  pelayanan  kesehatan  perorangan  maupun  pelayanan  kesehatan  masyarakat.  Dalam  hal  memenuhi  pelayanan  kesehatan  perorangan, pemerintah  telah  membuat  sistem  rujukan  pelayanan  kesehatan  perseorangan  sebagaimana tertuang dalam  Peraturan Menteri Kesehatan No.001 Tahun 2012  tentang  Sistem  Rujukan  Pelayanan  Kesehatan  Perorangan  yang  menyebutkan  bahwa pelayanan  perseorangan  terdiri  Pelayanan  kesehatan  tingkat  pertama  di  Puskesmas,  Pelayanan  kesehatan tingkat  kedua  di  Rumah Sakit,  dan  Pelayanan  kesehatan  tingkat ketiga  di Rumah  Sakit Spesialistik.  Dan  untuk meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan, rujukan tersebut dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang  memiliki kemampuan  pelayanan  esuai  kebutuhan  pasien,  dilakukan  secara vertikal maupun horizontal  baik secara  berjenjang  maupun  dalam  kondisi  kegawat daruratan.

Salah satu penyebab tingginya AKI (angka kemtian ibu) dan AKB (angka kematian bayi) adalah tidak efektif dan efisiennya sistem rujukan. Sistem rujukan ibu dan bayi di Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain permasalahan keterlambatan dan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara perujuk dengan fasilitas rujukan. Seringkali rumah sakit tidak siap menerima pasien gawat darurat yang datang, atau pasien harus “tour of hospital” terlebih dahulu sebelum mendapatkan pertolongan memadai. Selain itu, rujukan dini terencana yang diawali dengan pendataan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas sering tidak termonitor. Semua ibu hamil dengan faktor risiko tinggi seharusnya mendapatkan pengawasan ekstra ketat, supaya ibu tersebut tidak mengalami gawat darurat yang butuh upaya penanganan yang lebih sulit. Oleh karena itu, salah satu cara mempercepat penurunan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir adalah dengan memperkuat jejaring rujukan di tiap kabupaten/kota dengan melibatkan semua stakeholder kesehatan. Dalam jejaring sistem rujukan, mekanisme komunikasi dan kolaborasi rujukan memiliki peranan sangat penting. Dengan sistem komunikasi dan koordinasi yang baik maka rumah sakit menjadi lebih siap untuk menerima pasien, rujukan lebih terarah, pasien sudah distabilisasi sebelum dirujuk, ada kolaborasi antara perujuk dengan fasilitas rujukan, dll. Kondisi geografis jejaring rujukan Kota Bogor menjadikan komunikasi rujukan memegang peran penting.

Pada tahun 2015-2016, Dinas Kesehatan Kota Bogor telah membangun sistem rujukan meliputi rujukan regional  berjenjang  untuk rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal,  dan  rujukan  kegawatdaruratan  umum  secara  terintegrasi  antara  Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan Rumah Sakit  melalui elektronik sistem rujukan (e-SIR)  yang  secara  keseluruhan  dikelola  dan  dipantau  oleh  tenaga  Call Center yang berada di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Rumah Sakit sangat berperan dalam aplikasi e-SIR  karena  terkait  dengan  penerimaan  dan  penanganan  pasien  rujukan  sehingga  aplikasi e-SIR harus mudah diterima dan digunakan oleh Tim e-SIR  Rumah Sakit.  Selain itu,  dalam sistem  rujukan ini komitmen Rumah Sakit juga sangat diperlukan terutama berkaitan dengan ketersediaan tempat tidur perawatan umum dan perawatan intensif yang  setiap saat  ter update  dan ter publish.  Hal ini dimungkinkan  untuk mempermudah  dan  mempercepat layanan rujukan.

Sistem rujukan elektronik awalnya dibentuk karena kebutuhan prioritas dalam pengelolaan rujukan maternal-neonatal  untuk  mendukung program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal  Survival)  yang  semakin  meningkat  jumlah  kasus  rujukannya  sehingga keterlambatan penanganan seringkala terjadi karena selama ini rujukan dilakukan secara manual  dan  hanya  melibatkan  programmer di Dinas Kesehatan.  Program Expanding Maternal and Neonatal Survival  (EMAS)  yang  dikembangkan  oleh USAID (United States Aids for International Development)  dan Kementrian  Kesehatan  adalah  gerakan  penyelamatan ibu dan bayi baru lahir di Kota Bogor yang telah dilaksanakan mulai tahun 2016,  bertujuan  untuk  mempercepat  penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal di Kota Bogor melalui tahapan- tahapan yaitu:

  1. Transparansi dan Akuntabilitas untuk mendukung kebijakan program
  2. Penguatan Kualitas Pelayanan Klinis Gawat Darurat Kebidanan dan Bayi BaruLahir
  3. Penguatan Sistem Rujukan yang Efisien dan Efektif.

Aplikasi e-SIR Bogor Sehat merupakan aplikasi yang mendukung peningkatan pelayanan kesehatan rujukan maternal-neonatal dan umum yang dapat diakses  tenaga  kesehatan  baik  di  Puskesmas,  Bidan Praktek  Mandiri, Klinik dan Rumah  Sakit di Kota Bogor melalui beberapa media komunikasi seperti Web e-SIR, SMS Gateway, WA, telephone yang dikendalikan oleh operator terlatih sebagai Call Center.  Ruangan Call Center sendiri  bertempat di Dinas Kesehatan Kota Bogor dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana seperti meja, kursi, komputer dan perangkat pendukung lainnya.

Operator Call Center bekerja dalam 3 (tiga) shift. Shift pertama jam 07.00-14.00 WIB, shift kedua jam 14.00-21.00 WIB dan shift ketiga jam 21.00-07.00 WIB. Setiap shift terdiri dari 1 (satu) orang operator Call Center yang melayani rujukan maternal-neonatal dan 1 (satu) orang operator Call Center yang melayani rujukan umum dengan pendampingan tenaga programer e-SIR. Operator Call Center memiliki tugas :

  • Memantau isi informasi rujukan yang masuk
  • Mengelola administrasi sistem rujukan
  • Memfasilitasi komunikasi 2 arah antara RS dengan bidan/tenaga kesehatan lainnya/puskesmas/umum
  • Memantau bidan/puskesmas/umum perujuk dan status pasien yang dirujuk
  • Mengelola pertanyaan, saran, aspirasi, pengaduan
  • Membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan
  • Mendokumentasikan setiap rujukan yang masuk pada buku laporan harian
  • Mengelola laporan kematian pasien

Selanjutnya aplikasi e-SIR Bogor Sehat ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang sakit dengan terlebih dahulu akses ke tenaga kesehatan di semua fasilitas kesehatan di Kota Bogor. Aplikasi e-SIR Bogor Sehat  diharapkan  dapat  mendukung Smart City dan lembaga pemerintahan menjadi Good Goverment dan Good Corporate Governance.

Penulis :

Nia Nurkania,M.Kes

Kepala Seksi Informasi Kesehatan dan Humas
Dinas Keehatan Kota Bogor

Berita Terkait

Berikan Komentar