Dijanjikan Jadi Penerjemah, Pedagang Cincau Asal Bogor yang Kuasai 4 Bahasa kena PHP Gubernur Jabar

Mediabogor.co, BOGOR – Sosok Nanang, seorang pedagang cincau asal Kota Bogor yang sempat viral karena menguasai empat bahasa asing, kini kembali menjadi sorotan publik. Pasalnya, pria sederhana yang fasih berbahasa Inggris, Jerman, Belanda, dan Spanyol itu mengungkapkan rasa kecewa terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), lantaran merasa dijanjikan posisi sebagai penerjemah namun tak pernah terealisasi.

Sebelumnya, Nanang sempat muncul dalam salah satu video di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, di mana dalam percakapan hangat tersebut, KDM secara spontan menyampaikan niat untuk menjadikannya sebagai penerjemah pribadi. Namun, hingga kini, janji itu tak pernah terwujud.

“Saya merasa janji Gubernur Jawa Barat itu hanya omongan belakang dan tidak ditepati,” ujar Nanang dengan nada kecewa, Minggu 12 Oktober 2025.

Menurutnya, sebagai manusia, wajar jika memiliki perasaan kecewa, terlebih terhadap sosok yang dihormati dan dijadikan panutan.

“Padahal Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, jangan janji kalau memang hanya untuk konten. Saya juga paham, sebagai politisi itu pasti banyak kepentingan. Tapi bagi saya, janji adalah hutang yang harus ditepati, apalagi sudah terekam di jejak digital,” lanjutnya.

Nanang mengaku, sejak video dirinya viral, banyak warga yang datang ke tempat dagangnya dan menanyakan mengapa dirinya belum juga menjadi penerjemah KDM seperti yang dijanjikan.

“Setiap orang datang ke tempat dagang saya pasti bertanya, ‘Pak Nanang, kenapa sih tidak jadi-jadi jubir atau penerjemah KDM?’ Saya jawab tidak tahu. Kadang setelah ditanya begitu saya sedih, bahkan sampai menangis, karena ada rasa kecewa,” tuturnya.

Ia juga menyinggung soal pandangan sosial yang menurutnya sering kali memandang seseorang dari penampilan atau status ekonomi.

“Jangan mentang-mentang saya masyarakat miskin, tidak berpendidikan, dan berpenampilan sederhana lalu dianggap tidak layak. Apakah yang diprioritaskan itu harus yang kaya atau tampil perlente?,” ucap Nanang.

Menurutnya, dalam ajaran Sunda Wiwitan yang ia pegang, nilai manusia tidak diukur dari harta dan penampilan, melainkan dari kejujuran dan ketulusan hati. (Ery)

Berita Terkait

Berikan Komentar