
Dibalik Keoknya Film Hanum Rais
mediabogor.com, Bogor – Kini sudah terdaftar pasangan calon presiden dan wakil presiden ada dua kandidat. Publik diberikan dua pilihan untuk menentukan pemimpin selanjutnya. Para politikus sibuk melakukan spekulasi untuk memenangkan kandidat yang menjadi jagoannya. Juru kampanye, tim pemenangan, tim relawan hingga pemutaran film dibuat untuk mempengaruhi publik dalam memilih nanti.
Hal menarik adalah tayangan dua judul film yang bersamaan pada tanggal 8 November 2018 lalu. film A Man Called Ahok dan Hanum Rais sudah tayang berbarengan. Dua film ini dijadikan marketing politik. Hasilnya film A Man Called Ahok mendapatkan jumlah penonton lebih banyak. Hal ini menambah spekulasi positif bagi politisi pendukung Paslon nomor satu.
Entah sampai kapan begini. Edukasi ke publik tentang berpolitik yang benar dari pejabat dirasa kurang. Kini, politik seolah hanya dianggap sebagai cara untuk memenangkan kekuasaan. Tipu daya politisi bermain menjelang pilpres. Politisi dengan gaya santun dan jujur begitu langka, malah politisi semacam ini biasanya akan mendapat ancaman dari berbagai pihak.
Jangan takut berpolitik. Politik itu level berfikir tertinggi. Politik itu mengurusi masalah umat. Politik itu peduli pada orang lain dan negeri. Seorang muslim selayaknya mampu berpikir islami. Sehingga bisa menentukan pilihan yang tepat pada saat hari H nanti pencoblosan. Dasar agama harus menjadi landasan kuat dalam berpolitik.
Lima tahun sudah masyarakat dipimpin oleh rezim sekarang. Semoga umat dapat mencermati apa saja yang sudah terjadi selama lima tahun silam. Apakah membawa Indonesia lebih diberkahi oleh Allah SWT?. Apakah suars umat Islam ditampung dan direalisasikan?. Semoga menyadarkan masyarakat muslim untuk menentukan kepemimpinan berikutnya dan bersemangat belajar bagaimana cara berpolitik islami.Tanpa dipengaruhi keoknya film Hanum Rais.
Oleh: Deni heryani
Berikan Komentar