
Bukan Ormas Islam, LGBT-lah Racun Mematikan Bagi Indonesia
Bukan Ormas Islam, LGBT-lah Racun Mematikan Bagi Indonesia
Mediabogor.id, BOGOR – Viral yang terulang. Sebetulnya, ini bukan kali pertama Unilever menjadi buah bibir ditengah-tengah masyarakat. Berita lampau, Unilever pernah dianggap sebagai perusahaan yang berkontribusi dalam memerangi kaum muslim. Contohnya, seperti yang dilansir dari laman bp-guide.id mengatakan bahwa Unilever dan P&G merupakan perusahaan yg telah menginvestasikan anggaran besar untuk Israel, yang sejatinya dunia tahu bahwa Israel telah merenggut tanah Palestine dari kaum muslim.
Yang paling anyar, 18/06/2020 dari laman instagram resminya, Unilever terang-terangan menyatakan dukungan untuk LGBT. Aksinya ini menuai kecaman dari banyak masyarakat Indonesia yang berujung pada aksi pemboikotan. Pertanyaaannya, apakah narasi pemboikat ini efektif memberikan efek jera bagi para pendukung LGBT ? Sementara Unilever bukan perusahaan satu-satunya yang menyatakan dukungan terhadap LGBT. Starbucks lebih dulu mengalami hal serupa pada 2017 ketika CEO Howard Mark Schultz melantangkan hal yang sama. Tagar Uninstall Gojek juga pernah ramai pada 2018 setelah Brata Santoso, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Operasi Gojek, menyebut kantornya merayakan keragaman dan punya lebih dari 30 pekerja LGBT. Belum lagi, perusahaan raksasa sekelas instagram pun melakukan hal serupa, melindungi kaum LGBT di dalam community guidelines-nya.
Boikot selalu jadi aksi yang populer sejak 1960-an. Tujuannya untuk menimbulkan kerugian ekonomi pada target, atau untuk menunjukkan kemarahan moral dan memaksa target mengubah perilaku mereka sesuai moral yang kita tuju. Jadi, semua ini hanya perang moral belaka? Faktanya tidak sesederhana yang dibayangkan.
Boikot mungkin jadi tindakan politis paling simple yang bisa dilakukan sebagai protes, karena tak perlu elemen kekerasan. Kadang bahkan bisa secepat dan semudah menandatangani petisi daring. Masalahnya, efek pemboikotan baru berdampak jikalau dilakukan dalam skala besar. Dan LGBT adalah kelompok minoritas, yang logikanya mudah ditepis jika pemboikotan tidak dilakukan oleh individu masyarakat semata, melainkan sekelas negara seharusnya ikut ambil peran. Saat ini LGBT mungkin tidak begitu terasa dampaknya bagi stabilitas negara, tapi jika kampanye gerakan abnormal ini dibiarkan leluasa dipastikan jadi malapetaka bagi negara bahkan dunia, karena LGBT menjadi cikal bakal punahnya populasi manusia.
Sebut saja pentolan homoseksual Adraud Paul, ialah bukti otentik menjijikannya aktivitas LGBT. Seks anal konstan mengakibatnya ia terkena kanker anus. Dan kini ia telah mati. Satu juta Adraud Paul cukup bisa memporakporandakan negara menuju binasanya peradaban.
“Sesungguhnya yang kalian lakukan (homoseksual) adalah kemungkaran yang membinasakan, kalian melakukan perbuatan keji dengan para lelaki, kalian memutuskan jalan untuk mengembangkan keturunan sehingga hasilnya adalah kehancuran. Kalian melakukan kemungkaran-kemungkaran dalam masyarakat tanpa rasa takut kepada Allah dan rasa malu di antara kalian”. (Muhammad Quraish Syihab dalam tafsir Al-Misbah (Q.S. Al-Ankabut (28):29) ).
Indonesia yang menjadi negara terbanyak muslim penduduknya di dunia, harusnya pandai mengambil pelajaran dari sejarah yang dituliskan dalam Al Quran mengenai kehancuran ending kaum homoseksual.
Tidak melulu dinilai sebagai biang kehancuran dari kaca mata islam saja. LGBT dalam pembuktian medis pun tercatat bahwa 78% pelaku homoseksual terjangkit penyakit-penyakit menular dan rentan terhadap kematian. Dampak sosialnya, sebuah Penelitian menyatakan: “Seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang pertahunnya. Dibanding dengan pasangan zina tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya “. ( minanews.net)
Kaum homoseksual menyebabkan 33 persen pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat (AS), padahal populasi mereka hanyalah 2 persen dari keseluruhan penduduk negara itu. Sementara di Indonesia, melalui riset dengan bantuan Google dalam kurun waktu 2014 hingga 2016 saja, telah terjadi 25 kasus pembunuhan sadis dengan latar belakang kehidupan pelaku dan atau korban dari kalangan pelaku homoseksual.(minanews.net)
Begitu banyak dampak buruk yang terjadi dari lahirnya kaum LGBT, tentu ini salah satu bentuk nyata yang mengancam peradaban suatu bangsa. Harus ada perlawanan sistematis untuk menghapus paham dari setiap individunya, hingga ke sistem institusi/lembaga liberal yang paling transparan berdiri sebagai pendukung gerakan ini. Caranya bukan hanya sebatas pemboikotan dari sebagian lini masyarakat terdidik yang paham bahaya LGBT saja, tapi sekelas negara haruslah ikut andil mengamalkan apa yang Allah perintahkan dalam upaya menghapuskan gerakan LGBT demi kemajuan peradaban yang penuh rahmat.
Hanya lewat penerapan hukum Islam secara utuh oleh negara lah, LGBT akan tuntas terselesaikan. Sebab, ketaatan suatu negara terhadap perintah dan larangan-Nya yang diamalkan dalam sistem kepemerintahan, otomatis akan menciptakan pula pribadi masyarakat yang taat pada hukum Allah. Tidak ada cerita LGBT merenggut nyawa dengan kronologi konyolnya, yang ada hanya semakin produktif dan berkualitasnya individu masayarakat yang menjadikan negara maju dan disegani dunia karena kemakmurannya. InsyaAllah, hukum islam tidak pernah sekalipun meleset menyelesaikan perkara yang merugikan manusia, sebab islam datang dari Maha Yang Menciptakan dunia dan seisinya.
Oleh Pietra Kharisma
Berikan Komentar