Atang Trisnanto Ketua DPRD Kota Bogor Anggap Terlalu Mahal Tarif GOM

 

MEDIABOGOR.CO, BOGOR- Atang Trisnanto Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Bogor, buka suara setalah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) kota Bogor dan Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperumkim) berencana bakal di komersilkan taman Manunggal dan Gelanggang Olahraga Masyarakat (GOM) di Bogor Utara.

Ketua DPRD kota Bogor Atang Trisnanto menyatakan, untuk tarif GOM yang akan di rencanakan itu, saya kira terlalu mahal. Kita punya PERDA keolahragaan yang bentuk dan tujuannya adalah memasyarakatkan olahraga dengan menyediakan pasilitas olahraga yang bisa diakses masyarakat.

Dengan tujuan awal kita membangun gelanggang olahraga gor mini ini, dalam rangka untuk memenuhi amanah PERDA tersebut. Sehingga kalau kemudian di berikan tarif dengan angka perkiraan yang diajukan sebesar lima ratus ribu perjam ataupun per dua jam satu juta ini terlalu mahal dan ini tidak memenuhi tujuan awalnya,” kata Atang saat ditemui Mediabogor.co, usai peresmian blok 1 dan blok 4, di gedung RSUD kota Bogor, Kelurahan Menteng, Bogor Barat, Kamis (19/1/23).

Saya kira kalau alasannya untuk perawatan dan segala macam pemerintah punya skema nya dimana kemudian untuk misalkan swasta dan lain sebagainya bisa di berikan tarif tapi kalau untuk masyarakat segala macem saya kira bisa di gratiskan atau mungkin tarif nya sesuai dengan kemampuan mereka.

Sebagai contoh di Bogor Utara ini Atang berharap, GOM dimanfaatkan oleh masyarakat Bogor Utara diberikan saja jadwal secara rutin masing-masing setiap RW, Kelurahan dan segala macamnya agar bisa dimanfaatkan secara maksimal kemudian nanti masalah perawatan bisa di tarik dari anggaran pemerintah.

Lanjut Atang, beauty contest sendiri untuk pengelolaan itu bagus untuk bisa mendapatkan pengelola yang profesional, tapi jangan lupakan amanah PERDA, karena ini sifatnya untuk pelayanan masyarakat pengelolaan juga perlu berkoordinasi dengan lembaga-lembaga setempat.

Dalam konteks pengelolaan, dengan adanya itu di pastikan akan profesional dan memastikan bahwa perawatan GOM ini bisa berlangsung dengan baik, dari pelayanan dan kebersihan akan terjaga,” paparnya.

Akan tetapi jika konteksnya penggunaan oleh warga, saya kira bisa di ambil pola kombinasi dimana untuk warga bisa di bebaskan, sementara untuk yang lain bisa di pakai tarif dengan kajian lainya.

Utilisasi peran publik dengan mengatakan pengelola harus diberikan profit itu harus di luruskan. Kita bukan mencari profit tapi bagaimana kemudian pentarifan di luar kebutuhan masyarakat publik tadi itu mampu memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari,” imbuhnya.

Lebih lanjut Atang menegaskan, tidak perlu mencari profit alasan lainnya bagaimana operasional sehari-hari dan saya kira gakan bisa bersahabat jika seperti itu.

Katakanlah lima ratus ribu perjam sehari bisa disewa delapan jam empat juta sehari, kali tiga puluh hari dan totalnya ada seratus dua puluh juta. Apa kita perlu untuk membayar orang atau tega kerja segitu engga juga,” sambung Atang.

Jadi saya kira justru dengan pengelolaan yang profesional bisa mengefesien kan tenaga kerja pengelolaan, kemudian juga kualitas layanan, pengaturan yang baik dan bisa mengefektif house nya hingga itu bisa tercukupi di tutupi dengan pentarifan, mungkin bisa diberikan kepada non warga yang akan bermain,” pungkasnya. (Red)

Berita Terkait

Berikan Komentar