Amblasnya Jalan di Batutulis Kota Bogor Antara Musibah dan Sejarah Tanah Keramat

Mediabogor.co, BOGOR – Amblasnya tanah di Jalan Saleh Danasasmita, akses menuju Stasiun Batutulis, menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Kejadian ini berdampak signifikan terhadap aktivitas warga, terutama pengguna jalan yang kini harus mencari jalur alternatif.

Namun, di balik musibah ini, ada sisi sejarah yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut praktisi budaya Bogor, Putra Sungkawa, kawasan Batutulis bukan sekadar jalur lalu lintas biasa, melainkan area yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Putra Sungkawa menuturkan bahwa di kawasan Batutulis terdapat Watu Gilang Kencana, sebuah batu yang diyakini sebagai tempat penobatan Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi. Batu ini menghadap langsung ke pohon beringin yang berada di dekat halte Batutulis saat ini.

Kompleks Prasasti Batutulis sendiri telah terdaftar sebagai Tanah Kabuyutan di kawasan Dayeuh Pakwan Pajajaran, menjadikannya sebagai situs bernilai sejarah tinggi dan dianggap keramat oleh sebagian masyarakat.

“Menyikapi musibah amblasnya tanah di Batutulis, saya sebagai praktisi budaya melihat bahwa sejak pembangunan underpass di kawasan ini, aspek sejarah dan kebudayaan tidak diperhatikan. Padahal, kawasan ini memiliki nilai sakral,” ujar Putra, Selasa, 4 Maret 2025.

Putra Sungkawa menyoroti bahwa bencana serupa pernah terjadi pada November 2023. Ia menilai kejadian ini sebagai peringatan keras terhadap pemerintah yang telah mengalihfungsikan lahan peninggalan kerajaan tanpa memperhatikan kearifan lokal.

Ia juga mengingatkan bahwa dalam membangun di kawasan bersejarah, perlu menjalankan tata titi atau aturan adat. “Seharusnya pembangunan di area kabuyutan dilakukan dengan menghormati pepatah leluhur, seperti “Mipit Amit Ngala Menta (Memulai Sesuatu Harus Meminta izin) dan Meulak Jahe Kudu ?Micareuk (Setiap Tindakan Harus Didasari Permohonan Doa),” tambahnya.

Amblasnya jalan di Batutulis diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam merencanakan pembangunan di Kota Bogor, yang dikenal sebagai kota pusaka.

“Silakan tata ruang, silakan tata kota, tetapi jangan lupa bahwa setiap jengkal tanah di Bogor memiliki nilai sejarah Sunda yang harus dijaga dan dilestarikan,” pungkas Putra.

Musibah ini menjadi pengingat bahwa pembangunan modern harus berjalan seiring dengan pelestarian budaya dan sejarah, agar kearifan lokal tetap terjaga dan bencana serupa tidak terulang di masa depan.

Berita Terkait

Berikan Komentar