Prihatin 20.000 Ton Pemusnahan Beras

Rencana pemusnahan beras sebanyak 20.000 ton yang hendak dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog) menuai kritik dari berbagai kalangan masyarakat. Saat jumlah impor beras menjadi habits penguasa ternyata beras lokal tertimbun tidak dipakai. Tentu ini perkara yang sangat disayangkan.

Begitu juga, saat masyarakat yang masih banyak kesusahan membeli beras bahkan ada yang kelaparan karena tidak sanggup membeli beras. Ternyata ribuan ton beras digudang Bulog tidak terdistribusikan. Perkara ini sangat memprihatinkan.

Pada zaman yang semakin canggih dan modern nampaknya manusia sudah banyak yang kehilangan akal sehat. Semua keinginan dilakukan tanpa melihat efek kelak baik atau buruknya. Selama dapat menguntungkan semua dijabani. Mempeng menjabat dalam kekuasaan, mempeng berkuasa maka setiap langkah gampang saja menyingkirkan siapapun yang menentang.

Penguasa korporasi itulah hakikat saat ini. Pemerintah ibarat perusahaan yang harus mendapatkan keuntungan dari rakyat selama kinerjanya. Petuah agama tidak dihiraukan. Agama dianggap urusan privasi yang tidak boleh dibawa-bawa dalam aktivitas lainnya.

Padahal agama Islam adalam agama yang sempurna aturannya. Lengkap menyediakan tata aturan bermasyarakat dan bernegara. Saya yakin jika agama Islam ini dipakai dalam berbangsa dan bernegara tidak akan lagi muncul kejadian busuknya beras hingga puluhan ribu ton. Khalifah akan memastikan distribusi pangan merata tanpa ada yang terbuang sia-sia. Sebagaimana khalifah Umar bin Khattab yang memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada keluarga yang layak membutuhkannya.

Deni heryani

Berita Terkait

Berikan Komentar