Pendidikan Qur’ani sebagai Perisai Radikalisme

Mediabogor.co, BOGOR – Ditengah derasnya arus informasi dan pengaruh media sosial, kita dihadapkan pada tantangan serius: munculnya paham radikal di tengah masyarakat, bahkan di bangku sekolah dan kampus. Fenomena ini sungguh mengkhawatirkan, sebab tak hanya mengancam keamanan, tapi juga merusak sendi-sendi kerukunan dan persatuan bangsa.

Radikalisme, sebagaimana kita pahami, bukan sekadar persoalan ideologi, tetapi juga menyangkut krisis pemahaman, identitas, bahkan luka sosial. Banyak anak muda yang terseret ke dalam paham ini bukan karena kebencian semata, melainkan karena merasa tak dimengerti, tersisih, atau mencari makna hidup yang belum mereka temukan.

Lantas, bagaimana kita menyikapi persoalan ini?

Jawabannya ada pada Pendidikan, bukan sembarang pendidikan, tetapi pendidikan yang menyentuh akal, hati, dan sikap. Dan di sinilah Al-Qur’an menunjukkan peran utamanya. Kitab suci umat Islam ini tak sekadar membahas ibadah ritual, tetapi juga mengajarkan prinsip hidup yang adil, damai, penuh kasih, dan menghargai perbedaan.

Al-Qur’an dengan tegas menyatakan:
“Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah: 256)“Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Ayat-ayat ini membentuk pondasi kokoh bagi budaya damai, toleransi, dan penghargaan terhadap sesama — apapun agama dan latar belakangnya. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah, bukan dengan dogma kaku, tetapi dengan pendekatan kontekstual dan penuh kasih.

Pendidikan yang hanya mentransfer pengetahuan agama tanpa pembentukan karakter bisa melahirkan generasi “tahu ayat tapi tak paham makna”. Sebaliknya, jika Qur’an dihidupkan dalam laku sehari-hari, maka anak didik akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dan damai.

Kita pun perlu mencermati peran media digital. Jangan sampai gawai yang ada di genggaman anak-anak kita menjadi pintu masuk paham ekstrem. Sebaliknya, media harus digunakan untuk menyebarkan narasi kebaikan, kisah inspiratif dari teladan Nabi, serta dakwah yang membangun harapan dan kemanusiaan.

Lalu siapa yang bertanggung jawab?

Jawabannya: kita semua. Guru di kelas, orang tua di rumah, pemerintah dengan kebijakan, dan para dai di mimbar. Pendidikan Qur’ani harus hadir bukan hanya dalam buku teks, tapi juga dalam keteladanan hidup. Dalam cara kita berbicara, bersikap, menyikapi perbedaan, dan menyebarkan kebaikan.

Mari kita mulai dari hal kecil:
Menumbuhkan rasa empati.
Membiasakan diskusi terbuka.
Mendorong siswa bertanya dan berpikir kritis. Mengajarkan bahwa berbeda itu bukan musuh, tapi rahmat.

Dengan begitu, insyaAllah, kita bisa menghadirkan generasi yang tidak hanya hafal ayat, tapi juga membawa cahaya Qur’an dalam perilaku dan kontribusinya bagi bangsa.

Catatan Penutup
Tulisan ini merupakan hasil refleksi atas studi tentang radikalisasi dan pendidikan Qur’ani sebagai strategi damai. Kami percaya, bahwa di tengah guncangan zaman, pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai ilahi adalah jawaban terbaik untuk membangun masa depan yang harmonis dan penuh kasih.

Penulis : Dr. H. Najamudin, M.Pd.I
Dosen Universitas Ibn Khaldun Bogor

Berita Terkait

Berikan Komentar