Partisipasi Gender dalam Gerakan Penghijauan Lingkungan

Oleh: Syahnia Dwi Arianti, 

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas FITK, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Partisipasi gender harus ada dalam segala hal, termasuk dalam gerakan penghijauan lingkungan. Lingkungan yang hijau dan bersih menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam. Di beberapa daerah, masyarakat aktif terlibat dalam gerakan penghijauan. Contohnya, program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta telah berhasil diimplementasikan di berbagai wilayah, memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. RPTRA tidak hanya menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) seperti di Jakarta Timur, RPTRA Cililitan menjadi contoh lain dari keberhasilan program ini. RPTRA ini menyediakan berbagai fasilitas seperti perpustakaan, saung, dan taman bermain.

Generasi muda, khususnya Gen Z sedang memimpin revolusi hijau dalam dunia konsumsi. Studi dari Firt Insight, bahwa 73% dari mereka bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan, membuktikan bahwa keberlanjutan adalah prioritas utama bagi mereka.Generasi yang ada pada negara yang berkembang ini bahwa Gen Z menonjol dalam aktivisme perubahan iklim dan keterlibatan media sosial dengan isu-isu lingkungan. Karna Gen Z merupakan pribumi digital yang peduli terhadap krisis iklim dan aktif menggunakan platform online untuk mengkampanyekan gaya hidup berkelanjutan.

pada urban farming atau pertanian perkotaan juga menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas lingkungan dengan menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang lebih luas dan meningkatkan ketahanan pangan. Di kota-kota besar seperti Jakarta,Surabaya dan lain-lainnya.Masyarakat mulai mengadopsi urban farming sebagai salah satu cara untuk memanfaatkan lahan kosong di perkotaan untuk menanam sayuran dan buah-buahan. Ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pangan impor, tetapi juga mengurangi dampak karbon. Dengan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Namun, partisipasi gender dalam gerakan penghijauan lingkungan tidak lepas dari tantangan. Banyak gender yang tidak memiliki akses ke pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam gerakan penghijauan. Tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sulit bagi mereka untuk berkontribusi secara efektif dalam kegiatan penghijauan. Selain itu,Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai fenomena masuknya musim hujan yang bersamaan dengan fenomena La Nina.

La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya, yang dapat mempengaruhi pola cuaca global. Di Indonesia, La Nina sering kali menyebabkan peningkatan curah hujan yang signifikan.Fenomena ini berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung Namun, BMKG telah mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi peningkatan curah hujan hingga 20-40% selama fenomena La Nina yang berlangsung mulai November 2024 hingga April 2025.

Dikutip dari liputan 6 “Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca. Utamanya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, juga sepanjang bantaran sungai,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat (22/11/2024).

Partisipasi gender dalam gerakan penghijauan lingkungan dapat lebih efektif dan berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk menghadapi fenomena La Nina dan dampaknya terhadap lingkungan,sehingga perubahan iklim ini yang ekstrem juga berdampak pada keberhasilan program penghijauan. di beberapa daerah, upaya penanaman pohon terhambat oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, sehingga mengurangi tingkat keberhasilan bibit yang ditanam.

Untuk meningkatkan partisipasi gender dalam gerakan penghijauan, beberapa rencana aksi dapat dilakukan. Pengembangan taman komunitas yang dikelola bersama oleh perempuan dan laki-laki dapat menjadi langkah awal. Di beberapa kota, taman komunitas telah menjadi tempat bagi warga untuk berkumpul dan bekerja sama dalam kegiatan penghijauan. Pelatihan keterampilan seperti berkebun organik, komposting, dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan juga penting. Program pelatihan ini dapat membantu masyarakat memahami cara-cara praktis untuk menjaga lingkungan. Selain itu, pembentukan forum diskusi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait penghijauan dapat memperkuat partisipasi gender. Forum-forum ini dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama untuk masalah lingkungan.

Simpulannya,Partisipasi gender yang setara dalam gerakan penghijauan sangat penting untuk efektivitas dan keberlanjutan program. Generasi muda, terutama Gen Z, sangat peduli lingkungan dan aktif dalam gerakan sosial menggunakan teknologi dan media sosial. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan untuk menghadapi tantangan lingkungan dengan menciptakan infrastruktur yang mendukung, seperti ruang terbuka hijau. Meningkatkan kesadaran melalui kampanye pendidikan dan pelatihan keterampilan, seperti berkebun organik, memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan. Teknologi dan inovasi dalam pertanian dapat meningkatkan efisiensi, hasil, dan mengurangi jejak karbon. Evaluasi berkala terhadap program penghijauan memastikan efektivitas dan penyesuaian yang diperlukan. Partisipasi semua individu sangat penting untuk mencapai solusi lingkungan yang berkelanjutan dan bersih.

Sarannya pada partisipasi gender dalam gerakan penghijauan lingkungan. Pertama, disarankan untuk mengembangkan program pendidikan yang lebih terstruktur mengenai isu-isu lingkungan dan partisipasi gender, termasuk workshop dan kegiatan lapangan yang melibatkan anak-anak dan remaja. Selain itu, penguatan jaringan komunitas yang fokus pada penghijauan dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dukungan kebijakan pemerintah juga penting untuk menyediakan dana dan infrastruktur bagi inisiatif lokal. Pelatihan keterampilan praktis, seperti teknik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah, harus lebih banyak diadakan, terutama untuk perempuan dan kelompok yang kurang terwakili. Mendorong penggunaan teknologi dalam program penghijauan, seperti aplikasi pemantauan lingkungan, juga dapat meningkatkan efektivitas.

Kampanye kesadaran publik yang lebih luas diperlukan untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya penghijauan, memanfaatkan media sosial dan acara komunitas. Terakhir, menetapkan mekanisme evaluasi yang jelas untuk program penghijauan dengan melibatkan masyarakat dalam proses penilaian akan memastikan umpan balik digunakan untuk perbaikan berkelanjutan. Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan partisipasi gender dalam gerakan penghijauan dapat meningkat, menciptakan dampak yang lebih besar terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai anak bangsa, kita harus memiliki tanggung jawab bersama untuk melestarikan lingkungan yang indah ini. Partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, sangatlah penting. Mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan bekerja sama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Setiap individu memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga bumi kita. Bersama-sama, kita bisa!

Berita Terkait

Berikan Komentar