KAHMI Bogor Pertanyakan Proposi Saham Konsorsium Milik PDJT

Mediabogor.co, BOGOR – Sejumlah pihak mempertanyakan belum adanya kejelasan mengenai proporsi saham yang dimiliki PDJT, Kodjari, Lorena serta badan hukum angkot lainnya. Salah satu yang mempertanyakan kejelasaan proporsi saham adalah dari Korp Alumni HMI (KAHMI) Bogor.

“Pemerintah harus mengexpose berapa proporsi saham bagi mereka yang tergabung dalam konsorsium. Padahal ini penting,” ujar Pengurus Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah KAHMI, Dwi Arsywendo kepada wartawan, Kamis (9/12/2021).

Menurutnya, poin tersebut sangat penting untuk dibeberkan guna menarik badan hukum lainnya untuk bergabung dalam konsorsium, sehingga konversi tiga angkot menjadi satu bus dapat terlaksana dengan lancar.

“Selama ini, bila saya perhatikan masih ada keraguan dari pengusaha angkot untuk bergabung dalam konsorsium lantaran belum jelasnya proporsi saham, income dan lain sebagainya,” katanya.

Selain itu, Dwi juga mempertanyakan mengenai status Biskita. Apakah nantinya akan menjadi aset Pemkot Bogor dalam hal ini PDJT atau pihak swasta yang tergabung dalam konsorsium.

“Kepemilikan bis juga mesti dijelaskan, apakah punya pemkot atau swasta. Lantas keberadaan 10 bis awal pun mesti diaudit. Sebab, tujuan keberadaan armada ini kan untuk perbaikan transportasi,” ucap dia.

Terpisah, Ketua Koperasi Madani, H Mulyadi mengaku belum tertarik ambil bagian dalam konsorsium. Sebab, ia belum mengetahui bagaimana pola bagi hasil pendapatan, dan konsekuensi bagi pengusaha angkot kedepan.

“Kalau kita punya tiga angkot dikonversi menjadi satu bus. Bagi hasilnya seperti apa? Apakah dibero gelondongan, atau dipotong biaya operasional dan lain-lain?,” katanya.

Sedangkan, subsidi Biskita hanya diberi selama setahun.

“Kalau subsidi disetop, kami khawatir PDJT ini akan seperti yang lalu, dan pemilik angkot jadi korban,” ucapnya.

Kata dia, pemerintah harus membeberkan hitungan bagi hasilbkepada seluruh badan hukum.

“Apakah dihitung secara keseluruhan atau pendapatan untuk yang hanya dijonversi saja. Kalau konversi 3 jadi 1 sebulan hanya dapat Rp1 juta, lebih baik ngelola angkot saja,” pungkasnya.

Untuk Biskita telah mengaspal di Kota Bogor melalui program Buy The Service (BTS) dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah beroperasi selama satu bulan.

Puluhan angkutan kota (angkot) pun telah dikonversi dari menjadi bus dibawah naungan Konsorsium Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT). (Andi)

Berita Terkait

Berikan Komentar