Inilah beranda nestapa Indonesia. Berharap semakin gelap semakin terbitlah fajar.

Mediabogor.co, BOGOR – Banyak kemaksiatan tersohor di negeri ini. Semakin lekat pekat saja maksiat dari ujung ke ujung, tiap hari diwarnai berita-berita. Mulai dari guncangan ekonomi, kenaikan harga, kemiskinan, politik yang menggelitik dan menukik, hutang ribawi yang berteman dengan judi seolah memberi solusi, korupsi tiada henti. Zina merajalela menyebabkan maraknya dispensasi nikah tiba-tiba, penculikan, biaya pendidikan UKT yang sak karepe dewe, ongkos haji dan keberangkatan haji di luar akal naiknya, pajak yang mencekik Rakyat, pengangguran yang subur sementara penerimaan tenaga asing yang makmur, penebangan dan kebakaran hutan tidak dalam kendali, penambangan liar batu bara, emas bentuk dari penjarahan dan penjajahan gaya baru kendali dari oligarki.

Berlanjut dari L53T sampai ke pembakaran Al-Qur’an, dan coba cari lagi lebih teliti dari sisi terdekat di kehidupan kita ini. Pasti masih banyak lagi kasus kemaksiatan lagi yang tidak terekspose media.
Apakah kita bisa menutupi Realita ini? Atau lebih memilih pura-pura tidak mengerti? Lalu ikut saja melanjutkan cerita yang sama hingga dunia ini tiada? Terus bagaimana jadinya kelanjutan hidup di alam akhirat sana? Siapkan dari sekarang!
Yuk kita telusuri penyebabnya. Ambil satu contoh zina, kenapa bisa merata ke berbagai provinsi? Siswi bisa hamil masal. Ini sangat memalukan!!! Meledaknya data 15.212 kasus Diska tahun 2022, dari Pengadilan Agama di Provinsi Jawa Timur, sebagai bukti  negara tidak mampu melindungi generasinya. Sekaligus bukti begitu banyak orang beranggapan musibah zina itu adalah hal biasa.
Coba kita kontrol kesadaran kita. Dari mana ini? Padahal mereka anak sekolahan! Kecuali bukan anak yang berpendidikan. Pertanyaan yang muncul apa yang diajarkan dan bagaimana kurikulum pendidikan negeri ini? Sedangkan saat ini faktanya kita sulit menemukan integritas moral pada anak didik. Pantas lah cendekiawan muslim UIY merasakan, “sudah menjadi lampu merah sistem pendidikan negeri ini,” singungnya
Ya beginilah buah dari kehidupan yang sekularistik, hedonistik, liberalistik, westernistik plus mudahnya mengakses seks bebas dari gadget. penyebabnya adalah gagalnya perlindungan negara terhadap rakyatnya.
Beberapa Penyebab indikatornya negara tanpa sensor. Mewadahinya pergaulan bebas. Menggauli adab jilbab lepas. Terlebih adanya KUHP yang disahkan 6 Desember 2022 kemarin. “Sama sekali tidak memberikan pencegahan perzinaan,” kata Direktur Siyasah Institut Iwan Januar.
Dan begitu kompleksnya jajaran kemaksiatan lain yang bermunculan. Padahal seharusnya ada institusi turun melindungi, seperti perisai agar rakyatnya selamat dari kancah maksiat.
Pekat nya negeri ini terlihat semakin kelam. Layaknya kita segera bersama-sama memperjuangkan dengan maiyyatullah (mendekatkan diri kepada Allah) yaitu meningkatkan kualitas kekuatan aqidah, untuk memantaskan diri. Memohon pertolongan agar fajar segera terbit.
Sebab, kita harus segera menyadari dan memutus rantai pembiasaan yang tidak sesuai syariat. Yang hanya bertumpu pada  hawa sekarepe dewe demi menutupi nafsu malu. Coba dengan mengangkat satu contoh di atas, bisa dibedah beberapa kesalahan.
Pertama, hal pendidikan yang sekuler. Tentu berpengaruh besar kepada hasil didik. Harusnya inti sari aqidah Islam harus melekat pada peserta didik, di tempa mulai dari pendidikan SD sampai SMA menengah atas. Dikuatkan aqidah Islamnya sebagai dasar mereka menentukan perilaku yang dikaitkan dengan ketakutan dan selalu diawasi perbuatannya oleh Allah SWT langsung. Dan selalu terbayang siksa pedih bila salah jalan, yakin di sana kelak akan merasakan balasan sangat perih. Tetapi negeri sekuler malah memisahkan agama yang di dalamnya menempa aqidah yang kuat.
Kedua, mustahil pendidikan sekuler akan mengarahkan pergaulan anak didiknya kepada sistem pergaulan Islam. Maka untuk menyongsong fajar sangat diperlukan sistem pendidikan yang memuat aqidah Islam dan sistem pergaulan Islam dengan segera! Sebagai pemutus pergaulan bebas penghasil seks bebas.
Ketiga, kesadaran masal. Seberapa tahu dan pentingnya kehidupan dari salah sikap. Mengambil satu kasus Diska masal, bagaimana menurut hukum Islam status perkawinannya tersebut? Statusnya adalah sah namun ada perinciannya. Tentang nasab, anaknya harus bernasab kepada ibunya tidak boleh kepada bapaknya. Kemudian si anak tidak ada hak mendapat warisan dari bapaknya. Dan parahnya bapak biologisnya bisa menikahi anak biologisnya. Innalillahi jangan terburu nafsu sudah dipikirkan apa jadinya anak keturunannya. Tahu kan resiko pernikahan inses(sedarah) itu?
Keempat, ini tugas dari negara. Kondisi rakyat cermin dari kepemiempinan negara. Padahal surga hanya memanggil pundak kepemimpinan penguasa, penggembala ternama di depan Allah kelak. Berbagai masalah krusial muncul seperti jamur disiram hujan. Kondisi maksiat semakin meningkat, jujur negeri ini sudah terindikasi gawat darurat. Gelap, sebab tanpa junnah/kepala negara yang terbukti mampu mengikat maksiat. Gambaran negeri akan menjadi semakin pekat jika tidak segera ditemukan kepala negara yang menjalankan syariat.
Kelima, sambil ikhtiar menemukan pemimpin seperti Khalifah Umar bin Khattab, diperlukan ketrampilan dari tiap orang tua. Menjadi direktur pemerhati generasinya. Sibuk memberikan pendidikan terbaik sesuai yang diperintahkan Islam, di samping pendidikan formal di sekolah, maka orang tua wajib menjadi penjaga terdepan. Spesial pilihan utama untuk mengkover  anak-anaknya kepada pemahaman Islam yang Kaffah. Ini bentuk kontrol sosial selama ikhtiar. Jadi orangtua di luar sana jangan lah baperan jika anak-anaknya diingatkan ibu-ibu lain, bila anandanya perlu diluruskan. Hal ini untuk meminimalkan terjadinya generasi gelap tahu ke mana arah angin, sebagai pembatas lelapnya maksiat sehingga mereka menjadi aset terbitnya fajar.
Fajar Segera Berpijar: Indonesia Darurat Pekat Maksiat
Oleh: Titin(Lingkar Study Perempuan Peradaban)

Berita Terkait

Berikan Komentar