
Arkeolog Telusuri Terowongan Kuno Peninggalan Jaman Belanda di Bogor
Mediabogor.co, BOGOR – Balai Arkeologi Jawa Barat (Jabar) melakukan penelusuran terowongan kuno di bawah saluran air di sekitaran Jalan Nyi Raja Permas, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Penulusuran dilakukan bersama-sama dengan tim kajian saluran yang dibentuk Wali Kota Bogor, Bima Arya terdiri dari unsur Pemkot Bogor, Arkeologi Jabar dan tim ahli.
“Berdasarkan hasil peninjauan kami tadi memang ditemukan saluran lama. Saluran ini kalau diperhatikan itu terdiri dari balai yang diperuntukan ada yang ke arah barat, timur bahkan selatan,” Ujar Kepala Balai Arkeologi Jabar, Deni Sutrisna usai meninjau lokasi terowongan kuno, Kamis (14/10/2021).
“Namun sayang untuk sejauh mana saluran ini berakhir itu sudah tertutup oleh bekas implasemen bangunan, terutama yang di dalam lingkungan statsiun kereta api atau depo Stasiun Bogor,” katanya.
Kepala Balai Arkeologi Jabar menjelaskan, untuk temuan kolam yang sempat menjadi perbincangan publik, itu merupakan bangunan kolam retensi yang berperan sebagai tempat resapan air. Di mana, sebelum air mengalir ke sungai Cipakancilan, air tersebut akan diolah terlebih dahulu di kolam tersebut.
“Betapa hebatnya dulu orang Belanda, mereka sudah berpikir bahwa kotoran limbah itu sebelum masuk ke sungai itu harus dalam keadaan bersih airnya,” Jelas Deni
“Makanya ditemukan juga kolam retensi di bagian sisi barat dari pada temuan yang kita laporkan hari ini untuk gorong-gorong itu,” lanjutnya.
Orang Belanda kata Deni ketika membangun fasilitas publik semacam stasiun, dalam hal ini arsitekturnya pasti memperhatikan terlebih dahulu kepentingan drainase sebelum membangun fisik diatasnya.
Kenapa seperti itu, karena yang pihaknya ketahui juga bahwa orang Belanda sudah memikirkan ke depannya, bahwa yang terpenting dari fasilitas publik salah satunya stasiun, yang dipastikan jadi aktivitas banyak orang itu memerlukan air bersih, buangan air dan sebagainya.
“Nah itu dipikirkan dulu dan ini terbukti di beberapa rel kereta api yang kami ketahui seperti diluar Kota Bogor seperti di Sumatera itu dibangun drainase mempuni untuk mencegah banjir,” imbuhnya.
“Kalau disini (Kota Bogor) sangat kompleks, boleh jadi dulu di kawasan stasiun dan yang akan jadi taman atau alun-alun bekas taman topi ini dulu itu sudah terbangun jaringan air yang begitu rapi,” paparnya.
“Dimana fungsinya macam-macam bisa untuk drainase, filterisasi untuk menyaring air kotor ke air bersih sebelum dibuang ke sungai, juga salah satunya untuk kebutuhan perkantoran atau rumah tangga,” lanjut Kepala Balai Arkeologi Jabar.
Untuk kondisi bangunan, Kepala Balai Arkeologi Jabar memastikan bangunannya masih bagus. Namun memang ada beberapa lorong yang sudah tertutup sedimentasinya karena lumpur.
“Masih bagus. kontruksinya masih jelas karena ada gorong-gorong yang berbentuk bulatan dan persegi. Pada prinsipnya masih bisa kita lihat lah, bangunannya kokoh,” kata dia.
Ia menambahkan untuk usia bangunannya belum bisa dipastikan. Karena ini kan sesuatu infrastruktur yang lepas dari pada bangunan pokoknya.
“Belum dipastikan. Tapi itu sudah jelas ya, Stasiun Bogor sudah ada sejak tahun 1881 (diperkirakan dibawah tahun tersebut),” tambah Deni
“Yang penting bagi kami adalah bukti yang sudah ada, itu bisa menjadi bukti sejarah masa lalu, walaupun sedikit tapi informasi itu penting bahwa ternyata saluran air di masa lalu khususnya di jaman Belanda itu menjadi hal penting bagi upaya mengatur kehidupan pemukiman perkantoran pada saat itu,” ujar dia.
“Masih ada sisa-sisa saluran air yang dipertahankan dan sisa-sisa saluran air masa lalu yang bisa menjadi pembelajaran bagi generasi masa mendatang,”pungkasnya. (Andi)
Berikan Komentar